Dilema Penderita Penyakit Jantung : Pilih Aspirin Atau Warfarin? - Menurut para peneliti, aspirin sama efektifnya untuk mengobati penyakit jantung, dibandingkan dengan obat lainnya yang lebih mahal. Penelitian ini melibatkan 2.000 pasien dan diterbitkan di the New England Journal of Medicine. Jurnal ini menjelaskan bahwa aspirin sama efektifnya dengan obat yang biasa direkomendasikan, adalah warfarin.
Kedua jenis obat tersebut mempunyai imbas samping, namun secara keseluruhan, keuntungannya sama.
Namun, jago jantung Inggris beropini bahwa imbas samping yang ditimbulkan warfarin lebih rendah.
Gagal jantung merupakan problem kesehatan utama di banyak Negara. Penyakit ini diderita oleh 900.000 orang di Inggris dan 6 juta orang di Amerika.
Jika terjadi gagal jantung atau jantung tidak sanggup memompa darah dengan efisien ke seluruh tubuh, maka akan meningkatkan resiko pembekuan darah. Jika di otak terdapat gumpalan darah yang membeku maka akan mengakibatkan stroke.
Aspirin vs warfarin
Pasien sanggup diobati dengan obat yang sanggup mengurangi resiko pembentukan darah beku yang parah. Namun, para peneliti belum mengetahui mana yang terbaik antara aspirin atau warfarin jikalau dipakai untuk mengobati 75 % pasien penderita gagal jantung dimana detak jantungnya masih normal.
Pil Aspirin (Images: SPL / BBC) |
Untuk mengetahui hal tersebut, maka para peneliti melaksanakan penelitian yang melibatkan 3.305 pasien di 11 negara. Pasien diberikan aspirin dan warfarin untuk mengetahui efektivitas dan imbas samping kedua jenis obat tersebut.
Menurut para peneliti kedua jenis obat tersebut mempunyai imbas samping sama, adalah kematian, stroke, dan pendarahan hebat.
Pasien yang diberikan warfarin mempunyai resiko lebih rendah untuk terjangkit stroke, namun mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena pendarahan. Para peneliti menyampaikan bahwa sesudah empat tahun, hanya ada sedikit laba dari penggunaan warfarin. Namun hal ini masih perlu pertimbangan yang matang dan pengujian lebih lanjut lagi. Para peneliti menambahkan bahwa tidak ada alasan besar lengan berkuasa untuk lebih menentukan warfarin dibandingkan aspirin.
Pimpinan tim peneliti, Dr. Shunichi Homma, dari Columbia University Medical Center, berkata, ”Karena resiko dan manfaat yang sama antara aspirin dan warfarin, maka pasien dan dokternya bebas untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai atau diharapkan pasien pasien.”
Namun jikalau kita melihat bahwa aspirin lebih gampang untuk didapatkan dan harganya lebih murah, maka kemungkinan besar pasien akan menentukan untuk memakai aspirin.
Kesamaan Efek Samping
Peneliti dari British Society for Heart Failure and the University of Hull, Dr Andrew Clark, berkomentar melalui BBC: “Penelitian ini telah memperlihatkan bahwa warfarin cukup faktual mengurangi resiko yang diakibatkan oleh gagal jantung, menyerupai stroke, namun meningkatkan resiko terhadap pendarahan hebat dan harganya obat ini mahal.
“Pasti terjadi dilema bagi pasien untuk menentukan resiko terkena stroke atau pendaharan, padahal kedua resiko tersebut mempunyai bobot yang sama. Saya sendiri akan lebih mementingkan resiko stroke dibandingkan resiko pendarahan gastrointestinal, sebab pendarahan ini hanya cukup diatasi dengan transfusi darah saja. Oleh sebab itu aku akan lebih mendukung penggunaan warfarin sebagai obat gagal jantung.” Tambahnya.
British Heart Foundation menyampaikan bahwa baik warfarin maupun apirin mempunyai resiko dan keuntungan. Namun, penelitian ini memperlihatkan bahwa keduanya tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah stoke dan janjkematian pada jangka waktu yang lama.
Ellen Mallison, perawat jantung senior di sebuah forum amal, berkata: “Temuan ini harus menawarkan kepastian kepada pasien untuk mendiskusikan pengobatan bagi mereka dengan jago penyakit jantung, sehingga mereka mempunyai lebih banyak kebebasan untuk melaksanakan pengobatan yang terbaik bagi pasien.”
Dr Walter Koroshetz, Wakil Direktur di US National Institute for Neurological Disorders and Stroke, menyampaikan bahwa studi ini akan mempunyai dapak yang besar bagi kesehatan masyarakat.”
Dia menambahkan bahwa dikala ini, pasien dan dokter mempunyai info yang penting mengenai cara untuk menentukan pengobatan yang paling baik.
Tentunya, keputusan untuk memakai aspirin atau warfarin bergantung sepenuhnya pada resiko terkecil antara stroke yang diakibatkan oleh aspirin atau pendarahan gastrointestinal yang diakibatkan oleh warfarin.
Lalu, bagaimanakah pendapat anda?
Referensi Jurnal:
Shunichi Homma, M.D., John L.P. Thompson, Ph.D., Patrick M. Pullicino, M.D., Bruce Levin, Ph.D., Ronald S. Freudenberger, M.D., John R. Teerlink, M.D., Susan E. Ammon, N.P., Susan Graham, M.D., Ralph L. Sacco, M.D., Douglas L. Mann, M.D., J.P. Mohr, M.D., Barry M. Massie, M.D., Arthur J. Labovitz, M.D., Stefan D. Anker, M.D., Ph.D., Dirk J. Lok, M.D., Piotr Ponikowski, M.D., Ph.D., Conrado J. Estol, M.D., Ph.D., Gregory Y.H. Lip, M.D., Marco R. Di Tullio, M.D., Alexandra R. Sanford, M.S., Vilma Mejia, B.S., Andre P. Gabriel, M.D., Mirna L. del Valle, B.S., and Richard Buchsbaum. 2012. Warfarin and Aspirin in Patients with Heart Failure and Sinus Rhythm. New England Journal of Medicine (NEJM). doi: 10.1056/NEJMoa1202299.
Artikel ini merupakan terjemahan dari bahan yang disediakan oleh BBC. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.