Minum Kopi Berkafein Dapat Mencegah Penyakit Alzheimer - Berdasarkan penelitian terbaru, orang yang berumur lebih dari 65 tahun dengan kandungan kafein yang tinggi pada darahnya akan terhindar dari penyakit Alzheimer ialah penyakit lupa atau pikun. Hal ini lantaran kopi menjadi sumber kafein utama bagi individu-individu yang diamati pada penelitian ini. Alzhimer merupakan salah satu jenis demensia.
Peneliti dari University of South Florida dan University of Miami mengatakan, studi ini memperlihatkan bukti untuk pertama kalinya bahwa asupan kafein/kopi berkaitan dengan penurunan risiko timbulnya dan penundaan terjadinya demensia (gangguan intelektual / daya ingat yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak). Temuan ini dipublikasikan secara online pada tanggal 5 Juni di Journal of Alzheimer. Studi kolaboratif ini melibatkan 124 orang pada usia 65-88 tahun, di Tampa dan Miami.
“Hasil yang sangat menarik ini memperlihatkan bahwa orang remaja dengan tanda-tanda gangguan memori ringan yang minum kopi sekitar 3 cangkir sehari, tidak akan mengkonversi tanda-tanda tersebut menjadi penyakit Alzheimer, atau paling tidak, akan mengalami penundaan yang cukup besar sebelum menjadi Alzheimer,” kata peneliti utama studi tersebut, Dr Chuanhai Cao, spesialis syaraf di College of Pharmacy dan the USF Health Byrd Alzheimer’s Institute. “Hasil dari studi ini, bersamaan dengan studi kami sebelumnya pada tikus yang menderita Alzheimer, secara konsisten memperlihatkan bahwa asupan kafein / kopi harian secara cukup sepanjang usia remaja sanggup melindungi terhadap penyakit Alzheimer di lalu hari.”
Meminum kopi sanggup mecegah penyakit alzheimer (Credit: © Tomasz Bobrzynski/Flickr) |
Bahkan, asupan kopi juga sanggup melindungi orang yang lebih renta dengan tanda-tanda awal penyakit Alzheimer yang disebut mild cognitive impairment (MCI). Pasien yang mengidap MCI mengalami kehilangan memori jangka pendek dan timbul Alzheimer tahap awal pada otak mereka. Setiap tahun, sekitar 15 persen pasien yang mengidap MCI berubah menjadi pasien yang mengidap Alzheimer pada tahap akut dalam beberapa tahun. Oleh lantaran itu para peneliti memfokuskan pengamatan mereka pada pasien dengan tanda-tanda MCI.
Pasien MCI yang sesudah beberapa tahun mengidap Alzheimer mempunyai konsetrasi kafein 51 % lebih rendah pada darahnya jika dibandingkan dengan pasien MCI yang tidak mengidap Alzheimer sesudah beberapa tahun.
Kami menemukan bahwa 100 persen dari pasien MCI dengan kadar kafein di atas tingkat kritis tidak mengalami konversi tanda-tanda tersebut menjadi penyakit Alzheimer selama dua sampai 4 tahun ke depan,” kata rekan penulis studi Dr Gary Arendash.
“Konsumsi kopi berkafein secara cukup tiap hari menjadi pilihan diet terbaik untuk pinjaman jangka panjang terhadap kehilangan memori akhir Alzheimer,” kata Dr Arendash. “Kopi harganya murah, gampang tersedia, gampang masuk ke dalam otak, dan mempunyai beberapa efek samping yang bermanfaat bagi kebanyakan orang. Selain itu, studi kami memperlihatkan bahwa kafein dan kopi sepertinya pribadi menyerang proses terjadinya penyakit Alzheimer.”
Selain penyakit Alzheimer, asupan kafein/kopi secara cukup sepertinya juga mengurangi risiko beberapa penyakit penuaan lainnya menyerupai penyakit Parkinson, stroke, diabetes tipe II, dan kanker payudara. Namun, uji klinis terkontrol diharapkan biar secara definitif sanggup memperlihatkan nilai terapinya.
Sebuah studi terhadap konsumsi kopi berkafein pada lebih dari 400.000 orang remaja selama 13 tahun, yang diterbitkan awal tahun ini di New England Journal of Medicine, menemukan bahwa minum kopi sanggup mengurangi risiko final hidup akhir penyakit jantung, penyakit paru-paru, stroke, diabetes, infeksi, dan bahkan cedera akhir kecelakaan.
“Jika kita sanggup melaksanakan studi untuk melihat mengenai prosedur bagaimana dan mengapa kopi dan kafein sanggup menunda atau mencegah penyakit Alzheimer, kemungkinan akan sanggup menghemat pengeluaran miliaran dolar terhadap riset penyakit ini dan sanggup meningkatkan kualitas hidup,” kata Dr Cao.
Penelitian ini dibiayai oleh NIH-designated Florida Alzheimer’s Disease Research Center dan Negara Bagian Florida.
Referensi Jurnal:
Chuanhai Cao, David A. Loewensteine, Xiaoyang Lin, Chi Zhang, Li Wang, Ranjan Duara, Yougui Wu, Alessandra Giannini, Ge Bai, Jianfeng Cai, Maria Greig, Elizabeth Schofield, Raj Ashok, Brent Small, Huntington Potter and Gary W. Arendash. High Blood Caffeine Levels in MCI Linked to Lack of Progression to Dementia. Journal of Alzheimer’s Disease, 30 (2012) 559%u2013572 559 DOI: 10.3233/JAD-2012-111781
Artikel ini merupakan terjemahan goresan pena ulang menurut dari bahan yang disediakan oleh IOS Press BV, via AlphaGalileo dan Science Daily. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.