Berang-Berang Laut Dapat Membantu Penyerapan Karbon Di Atmosfer - Dapatkah berang-berang maritim yang jumlahnya melimpah sanggup membantu membalikkan penyebab utama pemanasan global? Sebuah studi gres yang dilakukan oleh dua peneliti UC Santa Cruz menawarkan bahwa populasi beruang maritim yang berkembang akan menekan populasi bulu babi yang pada gilirannya akan menciptakan hutan kelp (rumput maritim ordo Laminaria) menjadi subur. Sebaran hutan kelp yang baik sanggup menyerap sebanyak 12 kali jumlah CO2 dari atmosfer daripada dikala hutan tersebut kalah bersaing dengan bulu babi, berdasarkan hasil yang ditemukan pada studi ini.
Teori ini diuraikan dalam sebuah makalah yang dirilis secara online pada tanggal 7 September 2012 di dalam Frontiers in Ecology and the Environment dengan penulis utama profesor Chris Wilmers dan James Estes dari UC Santa Cruz.
“Penelitian ini penting, alasannya yakni menawarkan bahwa binatang sanggup mempunyai imbas besar pada siklus karbon,” kata Wilmers, yang juga merupakan ajun profesor di bidang studi lingkungan.
Wilmers dan Estes, merupakan profesor ekologi dan biologi evolusi. Mereka dan rekan peneliti lainnya, menggabungkan 40 tahun data dari berang-berang dan hubungannya dengan ekosistem kelp yang melimpah dari Pulau Vancouver sampai tepi barat Kepulauan Aleutian di Alaska. Mereka menemukan bahwa berang-berang “tidak diragukan lagi mempunyai imbas yang kuat” pada siklus penyimpanan CO2.
Berang-berang laut. Dapatkah berang-berang maritim yang melimpah sanggup membantu membalikkan penyebab utama pemanasan global? (Credit: iStockphoto/Heather Craig) |
Dengan membandingkan kepadatan kelp dengan berang-berang dan kepadatan kelp tanpa berang-berang, mereka menemukan bahwa “Berang-berang maritim mempunyai imbas positif secara tidak eksklusif pada biomassa kelp dengan memangsa bulu babi yang merupakan predator rumput laut.” Ketika berang-berang ada di sekitar ekosistem kelp, bulu babi bersembunyi di celah-celah kerikil dan memakan potongan-potongan kelp yang jatuh ke dasar laut. Dengan tidak adanya berang-berang pada ekosistem tersebut, maka bulu babi akan memangsa kelp yang masih hidup.
Wilmers dan Estes mengakui bahwa populasi berang-berang maritim yang menyebar tidak akan memecahkan masalah CO2 dengan tingkat yang tinggi di atmosfer, tetapi mereka menambahkan bahwa pemulihan dan pertolongan populasi berang-berang maritim yakni referensi bagaimana dengan mengelola populasi binatang sanggup mempengaruhi kemampuan ekosistem untuk menyerap karbon.
“Saat ini, semua model perubahan iklim dan metode yang diusulkan dari penyerpan karbon mengabaikan faktor hewan,” kata Wilmers. “Tapi binatang di seluruh dunia, bekerja dengan cara yang berbeda untuk mempengaruhi siklus karbon dan mereka kemungkinan benar-benar mempunyai dampak yang besar.
“Jika andal ekologi bisa mendapat pngelolaan yang lebih baik mengenai dampaknya, mungkin ada peluang untuk skenario konservasi yang sama-sama saling menguntungkan, dimana spesies binatang tetap dilindungi atau ditingkatkan populasinya dan karbon akan terserap,” katanya.
Mitigasi peningkatan CO2 di atmosfer merupakan persoalan yang mendesak dalam konservasi lingkungan global dengan banyak kendala dan tidak ada solusi yang mudah, berdasarkan para penulis. Mereka mencatat bahwa telah dibuat pasar di Eropa dan Amerika Serikat untuk perdagangan kredit karbon dan dengan demikian sanggup menyuntikkan insentif ekonomi untuk mengurangi produksi CO2 atau meningkatkan penyerapan CO2.
Mereka memperkirakan bahwa CO2 yang diserap dari atmosfer melalui ekosistem hutan kelp bisa bernilai antara $ 205,000,000 dan $ 408.000.000 di Bursa Karbon Eropa. “Gagasan yang menarik,”mereka menyatakan, “akankah dengan menjual karbon yang terserap oleh ekosistem hutan kelp yang dilindungi oleh berang-berang maritim dapat dipakai sebagai cara untuk membayar reintroduksi dan administrasi untuk populasi berang-berang laut?”
Referensi Jurnal :
Chris Wilmers, James Estes, Matthew Edwards, Kristin L. Laidre and Brenda Konar. Do trophic cascades affect the storage of flux of atmospheric carbon? An analysis of sea otters and kelp forests. Frontiers in Ecology and the Environment, 2012 (in press)
Artikel ini merupakan terjemahan dari goresan pena ulang berdasarkan materi yang disediakan oleh University of California – Santa Cruz via Science Daily (7 September 2012). Artikel aslinya ditulis oleh Guy Lasnier. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.