Perpustakaan Cyber (5/3/2015) - Jika berbicara perihal kebudayaan Jepang, kata Kimono tak pernah luput sebagai salah satu topic menarik dalam pembicaraan. Jepang yang memang populer akan kekayaan budayanya memang masih mempertahankan pakaian tradisional tersebut sampai ketika ini. Arti dari Kimono sendiri cukup unik, yaitu “Ki” yang berarti mengenakan, dan “Mono” berarti pakaian. Makara secara harfiah Kimono berarti “mengenakan pakaian”. Kimono yang kini bentuknya ibarat aksara T ini tidak hanya digemari masyarakat Jepang, namun juga orang-orang dari banyak sekali negara. Dibalik baju tradisional yang anggun ini, tersimpan fakta-fakta menarik untuk diketahui.
1. Perkembangan Kimono
Penggunaan istilah Kimono pertama kali dipakai pada jaman Meiji (1868-1912). Sejak jaman Meiji sampai sekarang, bentuk dan desain Kimono telah mengalami beberapa perubahan. Pada masa pra-sejarah, wujud Kimono hanya berupa pakaian yang terdiri dari dua potong kain yang dijahit dan pada bab pinggangnya diikat dengan sebuah tali. Mengikuti perkembangan jaman, Kimono menjelma sepotong pakaian yang bab lengannya panjang dan longgar. Setelah jaman Edo, bentuk Kimono dengan lengan yang sedikit lebih panjang dan Obi (sabuk untuk mengikat Kimono) yang lebih lebar gres dipertahankan sampai sekarang.
Dalam perkembangannya, kunci perubahan Kimono terletak pada cara pemakaiannya. Pada periode Heian (794-1185), perempuan diharuskan untuk secara sekaligus mengenakan 12 lapisan Kimono ketika ada perayaan. Pada jaman dahulu, hukum pemakaian Kimono sangat ketat sehingga pemakainya harus sangat berhati-hati. Namun, seiring berlalunya waktu, penggunaan Kimono jadi sedikit lebih bebas.
2. Harga Kimono
Bentuk dan desain Kimono yang tampak anggun dan elegan menarik perhatian banyak orang dari banyak sekali negara. Jika Anda berpikir semua orang Jepang mempunyai pakaian yang anggun tersebut, makan pedoman tersebut salah. Harga sebuah Kimono cukup mahal, terlebih lagi untuk Kimono berbahan sutra yang harganya dapat mencapai Rp 50 juta. Satu paket lengkap Kimono dengan Obi dan Geta (sandal khusus) serta akserorisnya, harganya bahkan mencapai Rp 300juta. Oleh alasannya yaitu itu, tidak semua orang mempunyai Kimono dan lebih menentukan untuk menyewa.
3. Jenis-jenis Kimono
Kimono tidak hanya terdiri atas 1 jenis saja, namun banyak sekali macam jenis yang berbeda untuk laki-laki dan wanita. Untuk wanita, ada Yukata, Furisode, Kurotomesode dan lain-lain. Dari jenis Kimono yang bervariasi, Yukata yaitu salah satu yang paling banyak dikenal, yang mempunyai bentuk dan desain yang lebih kasual dan sederhana. Yukata yang terbuat dari katun tipis sering dipakai ketika ekspresi dominan panas alasannya yaitu sangat nyaman. Furisode merupakan Kimono formal dengan bab lengan yang lebar dan menjuntai ke bawah, dan dikhususkan untuk perempuan muda dan belum menikah. Sedangkan Kurotomesode yaitu Kimono formal berwarna hitam untuk perempuan remaja yang telah menikah.
Kimono untuk laki-laki warnanya lebih gelap, mirip hijau, biru dan hitam. Ada 2 jenis Kimono pria, yaitu Montsuki dan Kinasagi. Montsuki yaitu Kimono formal yang dikenakan ketika menghadiri upacara resmi, sedang Kinasagi yang sifatnya informal dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
4. Aturan menggunakan Kimono
Meski kini hukum pemakaian Kimono tak seketat dulu, orang Jepang tetap memerlukan memperhatikan beberapa hal ketika mengenakannya. Aturan yang masih ada sampai kini yaitu pemilihan warna dan motif menurut musim. Aturan ini terkait masih diterapkan guna merefleksikan bagaimana orang Jepang menghargai keindahan alam. Pada bulan Maret-April, sangat disarankan untuk menentukan Kimono dengan warna biru untuk lapisan dalam dan warna ungu untuk lapisan luar. Untuk bulan November-Februari, yaitu bulan yang bertema Umegasane, diharuskan untuk menentukan Kimono dengan perpaduan warna merah pada lapisan dalam dan putih untuk bab dalam.