Perpustakaan Cyber (27/3/2015) - R.A Kartini lahir di kota Rembang. Seorang perempuan luar biasa yang menyenangi batik sebagai pakaiannya. Sekitar 12 kilometer ke timur kota Rembang terdapat sebuah kota yang melahirkan batik-batik unik yang dikenal dengan nama Lasem. Batik lasem memang tidak sepopuler batik Jogja, Pekalongan, atau Solo, tetapi di banyak sekali kalangan batik lasem memilki tempat tersendiri di dalam hati.
Batik lasem dikategorikan dalam batik klasik atau pakem yang mempunyai warna yang terang dan menonjol dengan motif-motif natural dan kultural yang sangat indah. Batik lasem dikenal juga dengan nama batik tulis kendoro kendiri atau batik pesisiran laseman. Gaya dari batik lasem sangatlah egaliter sehingga masyarakat menyukainya alasannya ialah tidak terbatas dengan kondisi menyerupai batik Jogja atau Solo yang memakai pakem keratonan dan kurang fleksibel.
Batik lasem dilahirkan alasannya ialah akulturasi budaya dari etnis Tionghoa dan Campa yang selama berratus-ratus tahun menempati kota Lasem. Menggunakan kearifan budaya tekstil dari Indonesia dan Cina, batik Lasem menjadi salah satu jenis batik tulis yang terkenal sampai ketika ini.
Sejarah
Menurut Mpu Santri Badra, kedatangan Laksamana Cheng Ho memulai sejarah batik di Lasem pada tahun 1413. Na Li Ni, seorang istri dari anak buah Cheng Ho-lah yang menjadi tangan yang nantinya menurunkan banyak sekali karya yang menjadi akar batik Lasem.
Lima ratus tahun kemudian, hampir seluruh keturunan Tionghoa di Lasem menjadi pengusaha batik. Mereka memproduksi batik lasem secara besar-besaran dan batik lasem-pun menjadi sangat populer. Pengembangan terus dilakukan dengan menciptakan motif-motif baru.
Pada tamat 1950-an, kondisi politik di Indonesia tidak menguntungkan bagi etnis Tionghoa. Banyak pebisnis batik lasem yang gulung tikar.
Motif
Karena pada awalnya dikembangkan oleh etnis Tionghoa, motif dari batik lasem sangat kental dengan kebudayaan Cina. Jejak-jejak budaya Cina terlihat terang dengan motif burung hong, banji, bunga seruni, dan liong. Motif-motif tersebut awalnya dikembangkan oleh Na Li Ni dan mengakibatkan batik lasem berbeda dari batik-batik lainnya.
Bahkan terdapat motif yang menceritakan mengenai suatu kisah percintaan Sam Pek Eng Tay dari legenda Cina. Cerita tersebut dituangkan menjadi semacam relief di kain batik.
Motif dari batik lasem antara lain ialah Ceplok Piring, Watu Pecah, Kawung Lerek Sekar Paksi, Naga Kricak, Sekar Jagat, dan Terang Bulan. Pengaruh dari Solo dan Yogyakarta juga sanggup ditemukan dari ornamen kawung dan bendo yang sering ditemui di batik lasem.
Warna
Etnis Tionghoa sangat menyukai warna merah yang membawa keberuntungan, dan hal itu dituangkan ke batik lasem. Selain itu warna batik ini mendapat efek dari warna-warna pesisir menyerupai kuning, biru, dan hijau. Warna dari batik lasem sangat cerah dan tidak membosankan mengakibatkan banyak orang menyukai memakai batik lasem alasannya ialah kegunaannya sangat fleksibel.
Lasem Batik Carnival
Lasem Batik Carnival ialah sebuah event tahunan yang diadakan oleh pemda Lasem di Rembang. Karnaval ini berusaha menciptakan batik lebih dikenal semoga batik dari Lasem tidak pudar dimakan zaman dan juga sarana promosi pariwisata dan bisnis. Karnaval melibatkan penerima yang menciptakan kostum-kostum dengan tema-tema tertentu. Tentu saja materi dari kostum ialah batik Lasem. Batik lasem yang dipakai ialah hasil dermaan dari pengusaha batik lasem di tempat sekitar tanpa bayaran sama sekali. Dengan adanya karnaval ini dibutuhkan batik lasem semakin dikenal dan tidak pudar alasannya ialah batik lasem ialah simbol unifikasi budaya Cina dan Indonesia yang sangat jelas.