Angin monsoon / muson / muson yaitu angin yang bertiup secara dua arah, berbolak balik yang bersifat musiman. Angin monsoon niscaya selalu membawa imbas tertentu yang berkaitan dengan hujan. Sains modern mendefinisikan angin monsoon sebagai perubahan sirkulasi atmosfir dan siklus hujan musiman yang dikaitkan dengan pemanasan daratan dan maritim secara acak.
Monsoon menimbulkan dua kondisi, kondisi berair saat pada animo tertentu fatwa udara membawa banyak uap air dari maritim dan kondisi kering saat pada animo lainnya fatwa udara bersifat kering dan hangat dari kawasan beriklim kontinental.
Sistem monsoon yang sangat besar terjadi di banyak kawasan di dunia. Dua sistem yang paling besar yaitu sistem monsoon Afrika Barat dan monsoon Asia-Australia.
Sejarah
Diperkirakan monsoon telah terjadi pada masa sangat lampau saat zaman continental drift besar. Dataran tinggi Tibet bertumbukan dengan sub-benua India sekitar 50 juta tahun yang kemudian dan sehabis 30 juta tahun terbentuk sistem meteorologis gres yaitu monsoon. Penelitian dari fosil dan zat sedimen di sekitar Cina dan Laut Cina Selatan mengatakan bahwa monsoon menjadi sangat hebat efeknya pada sekitar 8 juta tahun yang lalu. Lalu pada saat zaman pleistosen dimulai, perairan di Indonesia menjadi daratan dan air dari Pasifik yang hambar tidak sanggup mengalir ke samudra Hindia, maka imbas monsoon sangatlah berpengaruh pada 5 juta tahun yang lalu. Iklim tersebut bertahan sampai kini mengandalkan perubahan arah fatwa udara dari maritim ke darat.
Akibat
Monsoon mempunyai imbas kepada cuaca di kawasan tertentu. Daerah yang terpengaruh pun bervariasi. Ada yang mengalami peningkatan atau penurunan hujan skala kecil saja, ada kawasan semi-gurun yang saat animo berair menjadi padang rumput dan kembali menjadi semi gurun saat animo kering. Contohnya saja India. Di Indonesia sendiri, hujan sanggup terjadi kapan saja lantaran iklim kepulauan. Efek dari monsoon berair hanyalah peningkatan hujan skala besar saja.
Proses
Monsoon yaitu angin maritim dengan skala besar sekali yang terjadi saat temperatur di daratan dan di lautan mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Perbedaan ini disebabkan lantaran terdapat perbedaan cara dalam menyerap panas antara maritim dan daratan. Lautan cenderung mempunyai temperature yang stabil lantaran kapasitas panas yang tinggi. Selain itu maritim juga sanggup menyeimbangkan suhu airnya dengan konduksi dan konveksi antara permukaan yang panas atau hambar dengan maritim yang lebih dalam. Sementara itu daratan mempunyai kapasitas panas yang rendah dan tanah tidak mempunyai prosedur konveksi untuk menghantar panas, hanya konduksi saja. Dapat ditarik kesimpulan bahwa maritim mempunyai suhu yang stabil dan daratan mempunyai suhu yang bervariasi.
Di bulan-bulan yang lebih hangat, matahari memanaskan temperatur permukaan daratan dan lautan. Daratan akan mengalami peningkatan suhu lebih cepat dan saat hal itu terjadi udara di atasnya menjadi renggang dan tekanan rendah terbentuk. Sementara itu maritim tetap mempunyai temperature yang stabil. Hal ini menimbulkan angin berhembus dari lautan menuju daratan. Laut yang menguap menimbulkan angin ini mempunyai kelembaban yang tinggi, dan saat mengalami peningkatan elevasi di daratan hujan turun. Inilah yang menimbulkan bulan-bulan yang lebih hangat banyak terjadi hujan.
Sementara pada animo yang lebih dingin, siklus berbalik. Tanah mengalami pendinginan yang lebih cepat dan tekanan udara di sekitar tanah menyebabkan tekanan udara di atas tanah lebih tinggi daripada di laut. Aliran udara masif terbentuk dan angin berhembus dari daratan ke lautan. Angin yang menuju ke maritim mengambil kelembaban di maritim dan saat naik, hujan di atas maritim pun turun.