Artikel dan Makalah perihal Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging), Latar Belakang, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional - Perhimpunan Indonesia didirikan tahun 1908 oleh mahasiswamahasiswa Indonesia yang berguru di negeri Belanda. Mereka antara lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat, R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia berjulukan Indische Vereeniging. Kegiatannya pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dan para anggota ditambah dengan sekali-sekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang Belanda yang banyak memperhatikan problem Indonesia, antara lain: Mr. Abenendanon, Mr. van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye. (Baca juga : Pengaruh Ideologi Baru Terhadap Kesadaran dan Pergerakan Nasionalisme di Indonesia)
Kedatangan 3 tokoh Indische Partiij ke negeri Belanda yang dibuang oleh pemerintah kolonial (Cipto Mangunkusumo, R. M Suwardi Suryaningrat, E.F.E. Douwes Dekker) segera mengubah suasana dan semangat Indische Vereeniging. Tokoh IP tersebut membawa suasana politik ke dalam pikiran tokoh-tokoh Indische Vereeniging. Udara politik itu lebih segar lagi sesudah datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) yang dibuat oleh pemerintah kolonial, sebagai usaha untuk mempertahankan Indonesia dari bahaya Perang Dunia I. Panitia ini terdiri atas R.Ng. Dwijosewojo (BU), Abdul Muis (SI), dan Kolonel RheMrev, seorang Indo-Belanda. Kedatangan tokoh-tokoh IP dan Comite Indie Weerbaar tersebut, menunjukkan dimensi pikiran gres bagi para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Mereka bukan hanya sanggup menuntut ilmu, tetapi juga harus memikirkan bagaimana sanggup memperbaiki nasib bangsanya sendiri.
Pada tahun 1912 Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging dan hasilnya diubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (1924). Dengan perubahan itu, terjadi pula perubahan dasar pikiran dan orientasi dalam pergerakan mereka. Majalah mereka berganti nama menjadi Indonesia Merdeka (1924). Terjadilah pergeseran cara berpikir dan gerakan yang radikal, dengan tegas mereka menginginkan Indonesia merdeka.
Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak memasuki bidang politik, terlihat dari asasnya yang dimuat dalam majalah Hindia Poetra, Maret 1923, yaitu “Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata”. Hal yang demikian itu hanya sanggup dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan proteksi siapapun juga. Oleh alasannya yakni itu, segala jenis perpecahan harus dihindarkan, biar tujuan lekas tercapai.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15, tahun 1924 mereka menerbitkan buku peringatan yang berjudul Gedenkboek. Buku ini berisi 13 artikel yang ditulis oleh A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Sukiman Wiryosanjoyo, Mohammad Hatta, Muhammad Natsir, Sulaiman, R. Ng. Purbacaraka, Darmawan Mangunkusumo, dan Iwa Kusumasumantri. Buku ini ternyata mengguncangkan dan menghebohkan pemerintahan Hindia Belanda. Setelah itu disusul lagi dengan dikeluarkannya pernyataan yang keras dari pengurus PI di bawah pimpinan Sukiman Wirjosanjoyo perihal prinsip-prinsip yang harus digunakan oleh pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan.
Aksi para anggota PI semakin radikal. Pengawasan terhadap gerakan mahasiswa Indonesia makin diperkuat oleh abdnegara kepolisian Belanda. Namun para anggota PI tetap melaksanakan kegiatan politiknya, bahkan mulai menjalin korelasi dengan banyak sekali negara di Eropa dan Asia. Konsepsi-konsepsi PI dan berita-berita perihal banyak sekali bencana di Eropa dikirim ke Indonesia melalui majalah mereka, Indonesia Merdeka. Konsepsi-konsepsi PI kelak sangat kuat terhadap kaum pergerakan di Indonesia. Bahkan di bawah kepemimpinan Muhammad Hatta, PI resmi diakui sebagai front terdepan pergerakan kebangsaan oleh PPKI yang diketuai Ir. Soekarno.
Pada Juni 1927, PI dituduh menjalin korelasi dengan PKI untuk melaksanakan pemberontakan sehingga diadakan penggeledahan terhadap tokoh-tokoh PI. Pada September, 4 tokoh PI di negeri Belanda, ditangkap dan diadili. Mereka yakni Mohammad Hatta, Natzir Datuk Pamoncak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Majid Joyodiningrat. Di Indonesia sendiri, banyak organisasi yang lahir alasannya yakni menerima inspirasi dari usaha PI, antara lain: Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) 1928.
Anda kini sudah mengetahui Perhimpunan Indonesia. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.