Artikel dan Makalah perihal Majas Litotes, Pengertian, Contoh, Macam-macam/Jenis, Perbandingan - Litotes berasal dari bahasa Yunani, dan berarti “kesederhanaan”. Berbeda dengan hiperbola, majas ini dipakai untuk mengungkapkan pikiran yang melemahkan nilai si pengujar, jadi untuk menampilkan gagasan perihal sesuatu yang berpengaruh atau besar dengan ungkapan yang lemah nilainya, dengan tujuan bersopan-santun.
Contoh: “Silahkan singgah di gubuk saya”.
Si pengujar tidak bahu-membahu menyampaikan bahwa rumahnya yaitu sebuah gubuk, melainkan ujaran itu hanya merupakan suatu bentuk moral untuk merendahkan diri. Mungkin saja rumahnya besar dan mewah, menyerupai istana. Unsur yang dibandingkan di sini yaitu rumah dan gubuk. Komponen makna penyama yaitu ‘tempat tinggal manusia’ Komponen makna pembeda untuk rumah: ada kemungkinan rumah itu ‘besar atau kecil’, sebab rumah yaitu kata benda generik. Komponen makna pembeda bagi gubuk “selalu kecil dan buruk’ Di sini tidak ada penyimpangan makna (keduanya daerah tinggal manusia, makna pusatnya tidak berubah), dan susunan kata-kata juga berkolokasi. Makara hal ini membedakannya dari metafora.
Contoh lain :
a. ”Wah, merupakan suatu kehormatan bagi saya, jikalau anda sudi naik gerobak saya”.
Yang dimaksudkan dengan gerobak oleh si pengujar, dapat saja sebuah kendaraan beroda empat yang bagus. Di sini unsur yang dibandingkan yaitu kendaraan beroda empat dengan gerobak. Di sini juga tidak terjadi penyimpangan makna, komponen makna penyama yaitu ‘kendaraan’, komponen makna pembeda untuk kendaraan beroda empat ‘memakai bensin’ sedangkan gerobak ‘ditarik sapi’. Ini berarti makna pusatnya tidak berubah, sehingga susunan kata-kata tetap berkolokasi. Yang berubah hanyalah nilai benda itu.
b. “Maklumlah, setiap hari aku harus mencari sesuap nasi ”
Yang dimaksud dengan ‘sesuap nasi’ tentu bukan sebenar-benarnya hanya sesuap, bukan pula hanya masakan melainkan semua yang diharapkan dalam kehidupan. Majas yang dipakai di sini berbentuk sinekdoke (sebahagian untuk keseluruhan) Untuk melemahkan intensitas makna, dalam litotes dipakai juga bentuk negatif yang dibuat dengan menggunakan kata tidak atau kurang.
Contoh:
a. "Putra Bapak mungkin kurang pandai dalam matematika, tetapi itu tidak berarti bahwa dalam pelajaran lain dia juga tidak dapat mencapai nilai tinggi.” (artinya ‘bodoh’)
b. “Tono memang kurang beruntung, setiap berpacaran, dia selalu ditinggalkan kekasihnya”. (artinya: ‘malang’)
Demikianlah, berbeda dengan hiperbola yang meninggikan atau membesar-besarkan baik kuantitas maupun kualitas segala yang menjadi topik ujarannya, maka litotes mengecilkan kuantitas maupun kualitas topik ujarannya. Kadang-kadang dipakai bentuk majas lain untuk meninggikan atau merendahkan topik ujarannya. Ada kalanya juga dipakai bentuk negatif dari apa yang bahu-membahu ingin dikatakan pengujar.
Referensi :
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.
Referensi :
Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.