Artikel dan Makalah ihwal Dongeng Binatang dan Dongeng Biasa : Pengertian, Contoh, Jenis-jenis / Macam-macam - Dongeng yaitu dongeng pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng yaitu dongeng prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral atau bahkan sindiran. Dongeng juga mempunyai kesamaan unsur-unsur dongeng dengan daerah-daerah lain. Cerita Cinderella contohnya dalam versi Indonesia juga dikenal dengan ”Bawang Merah dan Bawang Putih”, ”Si Melati dan Si Kecubung”, dan ”I Kesuna Ian I Bawang” (di Bali). (Baca juga : Jejak Sejarah)
1. Dongeng Binatang
Dongeng hewan yaitu dongeng yang ditokohi oleh binatang, baik hewan peliharaan maupun hewan liar. Binatang-binatang tersebut sanggup berbicara dan akil budi menyerupai manusia. Pada suatu kebudayaan binatang-binatang itu terbatas pada beberapa jenis. Di Eropa (Belanda, Jerman dan Inggris) hewan yang sering menjadi tokoh dongeng yaitu rubah (fox) yang berjulukan Reinard de Fox. Di Amerika, pada kebudayaan masyarakat Negro kelinci yang berjulukan Brer Rabit, pada masyarakat Indian Amerika coyote (sejenis anjing hutan), rubah, burung gagak, dan laba-laba, di Indonesia kancil (pelanduk) dengan nama sang Kancil atau seekor kera, dan di Filipina. Binatang-binatang itu semua mempunyai sifat yang cerdik, licik dan jenaka. Tokoh sang Kancil contohnya dalam ilmu folklor disebut dengan istilah the trickster atau tokoh penipu.
Suatu bentuk khusus dongeng hewan yaitu fabel, yaitu dongeng hewan yang mengandung moral (ajaran baik buruk). Di Jawa Tengah dan Jawa Timur dongeng yang berupa fabel disebut tantri. Menurut C. Hooykaas, dongeng tantri berasal dari naskah Pancatantra yang sudah mengalami proses adaptasi.
Contoh ihwal tantri dikemukakan oleh Hooykaas dalam dongeng ”Seorang Brahmana dan Anjing Hutan yang Tak Tahu Membalas Budi.” Jika dongeng aslinya dalam Pancatantra mengenai seorang yang menolong seekor ular. Namun, ular yang ditolong itu hendak menelan orang itu maka pada versi Jawa tokoh-tokoh dongeng berkembang menjadi seorang brahmana dengan seekor anjing hutan. Jika pada dongeng aslinya, tokoh penengahnya yaitu seekor rubah maka pada versi Jawa dari dongeng tantri, tokoh penengahnya yaitu seekor kancil. Kedua dongeng itu mengandung tipe dongeng yang sama, yaitu ”binatang yang ditolong mengancam penolongnya” atau ”binatang yang tak kenal budi kembali ke dalam kurungannya.”
Seorang Brahmana telah membebaskan seekor anjing hutan yang telah terkurung dalam perangkap. Namun, sehabis bebas ia tidak berterima kasih, bahkan hendak menelan si Brahmana. Akhirnya Brahmana ditolong oleh sang Kancil yang diminta bantuannya sebagai penengah. Dengan tipuannya sang Kancil meminta semoga si Anjing Hutan mengulangi lagi kejadiannya maka si Anjing Hutan sanggup terkurung lagi dalam perangkap sehingga dibunuh oleh pemburu yang memasang perangkap.
b. Dongeng Biasa
Dongeng biasa yaitu jenis dongeng yang ditokohi insan dan biasanya yaitu kisah suka sedih seseorang. Di Indonesia dongeng biasa yang terkenal yaitu yang bertipe ”Cinderella”, yaitu seorang perempuan yang tidak ada impian (unpromissing heroin). Dongeng biasa yang bertipe Cinderella ini bersifat universal lantaran tersebar ke segala penjuru dunia. Ada beberapa dongeng biasa yang bertipe Cinderella di Indonesia, contohnya dongeng “Ande-Ande Lumut” dan “Si Melati dan Si Kecubung” di Jawa Tengah dan Jawa Timur, “Bawang Putih dan Bawang Merah” di Jakarta, “I Kesuna Ian I Bawang” di Bali. Motif-motif dalam dongeng Ande-Ande Lumut mempunyai kesamaan dengan dongeng Cinderella, misalnya: ibu tiri yang kejam; tokoh perempuan yang disiksa oleh ibu dan kakak-kakak tirinya; penolong gaib; bertemu dengan pangeran; pembuktian identitas; menikah dengan pangeran.
Gambar 1. Ilustrasi Cerita Ande-Ande Lumut. (Wikimedia Commons) |
Selain, tokoh dongeng tipe Cinderella yang berjenis wanita, adapula yang berjenis pria (Male Cinderella).Tokoh yang demikian ditemukan di Skandinavia dengan nama Askeladen yang berarti putra abu. Contoh dongeng semacam ini banyak di Indonesia. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur contohnya dikenal dongeng Joko Kendil. Di Bali ada beberapa, antara lain dongeng ihwal seorang yang bertubuh sebelah, menyerupai dongeng I Mrereng (Si Bandel), I Rare Sigaran ( Si Sebelah ), I Sigir, I Truna Asibak Tua Asibak ( Si Jejaka Sebelah, Tua Sebelah ), I Dukuh Sakti dan I Sibakan. Motif dongeng orang separuh ini bersifat universal lantaran selain ada di Indonesia ada juga di Cina, India, di negara-negara Afrika, dan sebagainya.
Dongeng biasa lainnya di Indonesia yang juga mempunyai penyebaran yang luas yaitu yang bertipe ”Oedipus”, yaitu ihwal perkawinan sumbang antara seorang pria dengan ibu kandungnya (mother incest prophecy) dan pembunuhan ayah oleh putra kandungnya secara tidak sengaja. Di Indonesia dongeng yang setipe dengan Oedipus, yaitu dongeng Sangkuriang atau disebut juga ”Legenda Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” dari Jawa Barat. Di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali terdapat mite ”Prabu Watu Gunung” dan dari Nanga Serawai Kalimantan Barat terdapat dongeng ”Bujang Munang”. Dongeng biasa lainnya di Indonesia yang penyebarannya luas yaitu yang bertipe Swan Maiden (Gadis Burung Undan), yaitu dongeng atau legenda mengisahkan seorang putri yang berasal dari burung undan atau bidadari, yang terpaksa menjadi insan lantaran kulit burungnya atau pakaian bidadarinya disembunyikan seseorang sewaktu ia sedang mandi. la lalu menjadi istri pria itu dan gres sanggup kembali ke kayangan sehabis menemukan kembali kulit, pakaian burung atau pakaian bidadarinya. Dongeng biasa menyerupai ini selain terdapat di Indonesia juga terdapat di India, Spanyol, Jerman, Perancis, Arab, Persia, Polinesia, Melanesia, Australia dan Eskimo. Beberapa pola dari Indonesia yaitu dongeng Raja Pala dari Bali, Joko Tarub dari Jawa Timur (Tuban) dan Pasir Kujang dari Pasundan, Jawa Barat.
Tampaknya dongeng rakyat Indonesia, khususnya yang berasal dari suku bangsa Jawa, Sunda, dan Bali banyak memperoleh efek dari luar. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa mereka telah mengambil alih begitu saja dari luar, melainkan telah mereka olah terlebih lanjut sesuai dengan kebudayaan mereka sehingga tidak terasa keasingannya. Keadaan demikian wajar, lantaran sejarah bangsa Indonesia semenjak dahulu kala memang bersentuhan dengan peradaban-peradaban besar menyerupai Hindu, Islam, Cina dan Ero-Amerika.
Anda kini sudah mengetahui Dongeng Binatang dan Dongeng Biasa. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Hendrayana. 2009. Sejarah 1 : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1 Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 202.