Pengertian Biaya Peluang, Biaya Kesempatan, Oportunitas, Opportunity Cost, Contoh, Cara Menghitung, Rumus, Konsep, Ekonomi, Akuntansi - Biaya peluang yakni suatu keputusan didasarkan pada apa yang harus dikesampingkan (alternatif terbaik berikutnya) sebagai hasil keputusan. Keputusan apapun yang melibatkan pilihan antara dua atau lebih mempunyai biaya oportunitas. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap masyarakat sanggup berbeda dalam hal siapa yang menentukan pilihan dan bagaimana pilihan tersebut ditentukan.
Hal ini akan bergantung pada sistem perekonomian yang dianut oleh suatu masyarakat. Walaupun demikian, kebutuhan untuk menentukan berlaku umum untuk semua masyarakat. Jika kelangkaan mengharuskan adanya kebutuhan memilih, pilihan secara tidak pribadi menerangkan adanya biaya. Artinya, keputusan untuk memproduksi sesuatu lebih banyak memerlukan keputusan untuk memproduksi sesuatu yang lain lebih sedikit. Lebih sedikitnya memproduksi sesuatu yang lain dianggap sebagai biaya memproduksi sesuatu lebih banyak. Dengan demikian, muncullah apa yang dinamakan biaya oportunitas.
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus menyampaikan bahwa biaya oportunitas dari suatu keputusan terjadi alasannya yakni melaksanakan pilihan terhadap barang langka dengan mengorbankan barang lain. Biaya oportunitasnya yakni nilai dari barang atau jasa yang dilepaskan. Sejalan dengan pengertian tersebut, Lipsey mengartikan biaya oportunitas yakni biaya yang dikorbankan untuk memakai sumber daya bagi tujuan tertentu, yang diukur dengan manfaat yang dilepasnya alasannya yakni tidak digunakan untuk tujuan lain. Dengan kata lain, diukur dengan satuan barang lain yang seharusnya bisa diperoleh.
Gambar 1. Petani yang bekerja di sawah bahwasanya mempunyai kesempatan untuk bekerja di bidang lain, menyerupai bekerja sebagai nelayan, berburu, atau di pasar. (Foto: Wikimedia Commons [1]) |
Berdasarkan konsep biaya oportunitas tersebut, bahwa dalam menentukan pilihan berbagai kelangkaan memaksa seseorang untuk mengorbankan acara alternatifnya. Hal tersebut mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Misalnya, Paula yakni lulusan sarjana ekonomi. Di samping sarjana ekonomi, Paula juga hebat pemrograman komputer. Sebagai hebat pemrograman komputer, Paula telah digaji sebesar Rp2.000.000,00 per bulannya.
Namun, naluri kewanitaan Paula memutuskan untuk menjadi dosen di suatu sekolah tinggi tinggi negeri. Dengan keputusannya tersebut, Paula telah kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan sebagai spesialis pemrograman komputer. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari bekerja sebagai hebat pemrograman komputer merupakan biaya oportunitas. Contoh lain, sehabis lulus Sekolah Menengan Atas Beti memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke sekolah tinggi tinggi negeri, tetapi Beti memutuskan untuk bekerja sehingga ia akan mendapat honor per bulan sebesar Rp1.000.000,00. Jika ia kuliah, diharapkan biaya untuk SPP, buku-buku, tugas, uang kos, pakaian, dan biaya lainnya yang semuanya berjumlah Rp1.500.000,00 per bulan. Jadi, opportunity cost Beti untuk melanjutkan kuliah yakni sebesar Rp12.000.000,00 (gaji bekerja) selama satu tahun.
Jika tidak bekerja dan melanjutkan kuliah, biaya yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp18.000.000,00 (biaya kuliah). Keputusan seorang individu untuk bekerja juga bekerjasama dengan sejauhmana ia bersedia mengalokasikan waktu untuk bekerja dan tidak bekerja.Opportunity cost (biaya kesempatan) dari bekerja yakni hilangnya waktu untuk tidak bekerja (leisure time) yang sanggup digunakan untuk kegiatan lainnya. Misalnya, berkumpul dengan keluarga, belanja, bersenang-senang, sebaliknya biaya oportunitas dari tidak bekerja yakni hilangnya pendapatan.
1. Biaya Kesempatan [2]
Dengan adanya keterbatasan sumber daya (faktor produksi), insan harus menentukan keputusan ekonomi yang rasional atau menguntungkan dirinya, ketika pilihan ekonomi tersebut akan mengorbankan pilihan ekonomi lainnya, dalam ilmu ekonomi dikenal dengan biaya kesempatan (opportunity cost). Setiap kali keputusan harus dibuat, terkandung biaya kesempatan.
Dalam kasus lain, misalnya, apakah Anda akan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi atau bekerja? Atau apakah Anda berlibur ke daerah wisata atau membeli komputer? Dalam pola tersebut terdapat pilihan yang telah memaksa Anda mengorbankan kegiatan alternatif, yang sesungguhnya telah mengakibatkan Anda kehilangan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang lain. Dengan kata lain, biaya kesempatan sanggup diartikan sebagai nilai alternatif terbaik yang hilang (dikorbankan). Jika Anda dihadapkan pada dua pilihan, yaitu A dan B, kemudian Anda menentukan A, sebebarnya Anda telah kehilangan kesempatan untuk menentukan B. Misalnya, apabila seseorang mempunyai mata pencarian sebagai seorang nelayan, pada dikala yang sama ia bahwasanya telah kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan dari pekerjaan di sektor lain, menyerupai dari perjuangan bertani, atau berdagang.
Untuk membedakan biaya kesempatan dari biaya lain-lainnya Walter Nicholson (2001), menjelaskan beberapa konsep biaya. Ia membagi biaya ke dalam tiga konsep yang berbeda, yaitu konsep biaya kesempatan, konsep biaya ekonomi, dan konsep biaya akuntansi.
a. Konsep Biaya Kesempatan
Konsep biaya kesempatan yakni pendapatan higienis yang dikorbankan atau penghematan biaya yang tidak jadi diperoleh alasannya yakni menentukan alternatif lain. Misalnya, menghasilkan 15 meja sederhana memerlukan sejumlah tenaga kerja, kayu, dan cat. Tetapi pada kenyataannya Anda menentukan menciptakan sebuah lemari besar. Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa oportunitas sebuah lemari besar sama dengan 15 meja sederhana.
b. Konsep Biaya Ekonomi
Menurut konsep biaya ekonomi, biaya dianggap sebagai pengeluaran yang sewajarnya untuk menghasilkan suatu barang dan jasa. Sebagai contoh, untuk mengecat papan tulis umumnya diharapkan satu kaleng cat. Pada kenyataannya dua kaleng cat habis, terpakai. Satu kaleng yang seharusnya tidak digunakan dianggap sebagai pemborosan.
c. Konsep Biaya Akuntansi
Biaya dalam konsep biaya akuntansi dianggap sebagai pengeluaran nyata atau aktual, biaya perolehan, dan penyusutan serta biaya-biaya lain yang bekerjasama dengan problem pembukuan. Sebagai contoh, untuk mengecat sebuah papan tulis umumnya diharapkan satu kaleng cat. Pada kenyataannya habis dua kaleng. Dalam konsep biaya akuntansi, tetap dicatat dua kaleng.
2. Pengalokasian Sumber Daya yang Menguntungkan [2]
Para hebat ekonomi menjelaskan pengalokasian sumber daya yang menguntungkan di antaranya dengan memakai konsep batas kemungkinan produksi (Production Possibility Frontier/PPF). Batas kemungkinan produksi memperlihatkan jumlah maksimum alternatif kombinasi barang dan jasa yang sanggup diproduksi oleh sebuah masyarakat pada suatu waktu ketika sumber-sumber daya ekonomi dan teknologi didayagunakan sepenuhnya.
Kurva batas kemungkinan produksi tidak hanya menggambarkan kapabilitas produksi yang terbatas dan problem kelangkaan. Namun, kurva batas kemungkinan produksi juga mencerminkan konsep biaya kesempatan (opportunity cost). Sebagai ilustrasi pengalokasian tersebut dicontohkan oleh suatu perekonomian yang memakai seluruh sumber daya untuk memproduksi makanan dan memproduksi pakaian. Contoh di atas merupakan dua kemungkinan ekstrim. Di antara dua kemungkinan tersebut masih terdapat banyak kemungkinan lain.
Asumsi atau pemisalan yang digunakan adalah:
a. sumber daya menghasilkan dua macam produk (dalam hal ini makanan dan pakaian);
b. memakai teknologi yang berlaku;
c. Seluruh sumber daya digunakan secara penuh.
Berbagai kemungkinan tersebut sanggup dilihat dalam Tabel 1.
Kemungkinan | Makanan (ribuan unit) | Pakaian (ribuan unit) |
A | 15 | 0 |
B | 14 | 1 |
C | 12 | 2 |
D | 9 | 3 |
E | 5 | 4 |
F | 0 | 5 |
Dalam menentukan apa saja yang diproduksi, para pembuat keputusan mempunyai pilihan untuk memproduksi. Ketika sebuah perekonomian terletak pada batas kemungkinan produksi pada titik A, semua sumber daya dipergunakan untuk menghasilkan makanan (15.000 unit), sedangkan pakaian sama sekali tidak diproduksi. Sebaliknya, kalau mengambil pilihan F semua sumber daya dipergunakan seluruhnya untuk memproduksi pakaian (5.000 unit), sedangkan makanan sama sekali tidak diproduksi.
Pilihan A dan F disebut pilihan ekstrim berarti pilihan yang sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Sebab mustahil orang hanya membutuhkan makanan saja atau pakaian saja. Pilihan B, C, D, dan E yakni kombinasi di antara A dan F yang rasional. Untuk bergerak dari alternatif D (9.000 makanan dan 3.000 pakaian) ke alternatif C (12.000 makanan dan 2.000 pakaian), biaya oportunitas komplemen 3.000 unit makanan yakni berkurangnya 1.000 unit pakaian.
Perhatikan Kurva 1.berikut.
Gambar 2. Batas Kemungkinan Produksi. |
Kurva 1.memperlihatkan jumlah produksi maksimum bisa dicapai oleh sebuah perekonomian. Selain itu, Kurva 1 juga menggambarkan daftar pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk memproduksi barang atau jasa pada jumlah sumber daya dan tingkat teknologi tertentu. Batas kemungkinan produksi (PPF) disebut juga sebagai kurva transformasi alasannya yakni memperlihatkan bagaimana suatu jenis barang tertentu sanggup dialihkan pada barang lain, dengan memindahkan sumber daya dari produksi barang tersebut ke produksi barang lain. Titik G yang berada di luar batas mustahil bisa dicapai, sedangkan setiap titik di dalam garis batas, menyerupai titik H, memperlihatkan sumber daya yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara yang terbaik.
Jika perekonomian memproduksi kedua barang tersebut pada sepanjang garis batas kemungkinan produksi, sanggup dikatakan bahwa perekonomian berjalan secara efisien. Efisiensi diartikan sebagai penggunaan sumber daya ekonomi secara efektif untuk memenuhi kebutuhan dan impian masyarakat. Efisiensi produksi terjadi kalau produksi barang tertentu tidak sanggup ditingkatkan lagi tanpa mengurangi produksi barang lain, yaitu selama perekonomian masih berada pada garis batas kemungkinan produksi.
Pada akhirnya, Anda sanggup menyimpulkan bahwa batas kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep, yaitu keterbatasan (limited), pilihan (choice) dan biaya kesempatan ( opportunity cost). Keterbatasan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak bisa dicapai di atas garis batas. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk menentukan dari sekian titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang garis batas. Biaya kesempatan diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah, artinya satu jenis barang bisa diproduksi lebih banyak kalau barang lain diproduksi lebih sedikit.
Berikut ini akan diuraikan cara menghitung biaya peluang. Agar lebih terang perhatikan pola berikut.
a. Setelah lulus SMA, Farida mendapat 2 anjuran pekerjaan. Tawaran pertama sebagai pelayan toko di bersahabat rumah dengan honor Rp 400.000,- per bulan. Tawaran kedua sebagai pramusaji di sebuah rumah makan di kotanya dengan honor Rp 900.000,- per bulan. Dengan beberapa pertimbangan, di antaranya ingin bersahabat keluarga, kesudahannya Farida memutuskan bekerja sebagai pelayan toko. Keputusan Farida menentukan bekerja sebagai pelayan toko telah menghilangkan peluang untuk bekerja sebagai pramusaji yang bahwasanya bisa memperlihatkan pendapatan Rp 900.000,- per bulan. Dengan demikian, biaya peluang yang ditanggung Farida dengan menentukan bekerja sebagai pelayan toko yakni sebesar Rp 900.000,- per bulan.
b. Sebagai lulusan terbaik dari sebuah sekolah tinggi tinggi terkemuka, Andrew mendapat 5 anjuran pekerjaan.
Tabel 2. Tawaran pekerjaan
Dari lima anjuran tersebut, tinggal dua anjuran yang menggoda Andrew. Pertama, anjuran bekerja di Jakarta dengan honor Rp 6.000.000,- per bulan dan satu lagi, anjuran bekerja di Tangerang dengan honor Rp 7.000.000,- per bulan. Setelah meminta pertimbangan orang renta dan teman, Andrew memutuskan menentukan bekerja di Jakarta dengan honor Rp 6.000.000,- per bulan. Pilihan Andrew untuk bekerja di Jakarta telah menghilangkan peluang terbaiknya untuk bekerja di Tangerang dengan honor Rp 7.000.000,- per bulan. Karena opportunity cost selalu diukur dari nilai peluang terbaik yang dikorbankan atau yang tidak dipilih maka besarnya biaya peluang yang ditanggung Andrew dengan bekerja di Jakarta yakni sebesar Rp 7.000.000,- per bulan.
c. Dinda mempunyai uang Rp 80.000,-. Saat ini ia memerlukan kaos dan buku tulis. Harga satu kaos Rp 15.000,- dan harga satu buku tulis Rp 6.000,-. Karena ada dua kebutuhan maka ada beberapa kombinasi kebutuhan yang harus dipilih Dinda.
Tabel 3. Kombinasi kebutuhan
Dari 5 kombinasi di atas, awalnya Dinda ingin menentukan kombinasi D, yaitu mendapat 4 kaos dan 3 buku tulis. Akan tetapi, alasannya yakni ingin menghadiahi adiknya 2 buku tulis maka Dinda berubah menentukan kombinasi C, yakni mendapat 3 kaos dan 5 buku tulis. Ini berarti untuk mendapat komplemen 2 buku tulis Dinda telah mengorbankan satu kaos. Dengan demikian, biaya peluang untuk mendapat komplemen 2 buku tulis yakni sebesar harga satu kaos, yaitu Rp 15.000,-
Biaya peluang tidak hanya terjadi pada kegiatan konsumsi tapi juga terjadi pada kegiatan produksi. Perhatikan pola berikut:
Pak Tata seorang pengrajin mainan kayu sedang memenuhi pesanan dari dua pelanggan. Pelanggan pertama memesan kendaraan beroda empat kayu, pelanggan kedua memesan boneka kayu. Karena keterbatasan modal maka Pak Tata harus mengatur produksinya. Ada beberapa kombinasi produksi yang bisa dipilih Pak Tata.
Tabel 4. Kombinasi produksi
Untuk memuaskan pelanggan pertama (pemesan kendaraan beroda empat kayu), awalnya Pak Tata menentukan kombinasi D. Akan tetapi, pilihan D bisa merugikan pelanggan kedua (pemesan boneka kayu) alasannya yakni hanya sedikit pesanannya yang bisa dipenuhi. Oleh alasannya yakni itu, Pak Tata berubah menentukan kombinasi C sehingga diharapkan bisa memuaskan kedua pelanggan. Perubahan pilihan dari D ke C memperlihatkan bahwa Pak Tata harus mengorbankan 25 kendaraan beroda empat kayu (115 - 90) untuk mendapat komplemen 50 boneka kayu. Karena harga satu kendaraan beroda empat kayu Rp 20.000,- berarti besar biaya peluang untuk mendapat 50 boneka kayu yakni 25 x Rp 20.000,- = Rp 500.000,-.
Berdasarkan tabel kombinasi produksi di atas, sanggup pula dibuatkan kurva kemungkinan produksi, menyerupai tampak pada Gambar kurva 2.
Dari kurva kemungkinan produksi tersebut ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, sebagai berikut.
a. Kurva yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (berlereng negatif) merupakan batas antara kombinasi yang sanggup dicapai dengan kombinasi yang tidak sanggup dicapai.
b. Titik A, B, C, D, E yang terletak pada kurva memperlihatkan kombinasi penggunaan sumber daya yang efisien dan optimal.
c. Titik F merupakan pola kombinasi yang sanggup dicapai (attainable combination), tetapi tidak efisien alasannya yakni tidak memakai sumber daya yang tersedia dengan optimal.
d. Titik G merupakan pola kombinasi yang tidak sanggup dicapai (unatainable combination) alasannya yakni sumber daya yang ada tidak mencukupi.
e. Titik A dan E disebut kombinasi ekstrem alasannya yakni kombinasi A tidak menghasilkan kendaraan beroda empat kayu dan pada kombinasi E tidak menghasilkan boneka kayu.
3. Cara Menghitung Biaya Peluang [2]
Berikut ini akan diuraikan cara menghitung biaya peluang. Agar lebih terang perhatikan pola berikut.
a. Setelah lulus SMA, Farida mendapat 2 anjuran pekerjaan. Tawaran pertama sebagai pelayan toko di bersahabat rumah dengan honor Rp 400.000,- per bulan. Tawaran kedua sebagai pramusaji di sebuah rumah makan di kotanya dengan honor Rp 900.000,- per bulan. Dengan beberapa pertimbangan, di antaranya ingin bersahabat keluarga, kesudahannya Farida memutuskan bekerja sebagai pelayan toko. Keputusan Farida menentukan bekerja sebagai pelayan toko telah menghilangkan peluang untuk bekerja sebagai pramusaji yang bahwasanya bisa memperlihatkan pendapatan Rp 900.000,- per bulan. Dengan demikian, biaya peluang yang ditanggung Farida dengan menentukan bekerja sebagai pelayan toko yakni sebesar Rp 900.000,- per bulan.
b. Sebagai lulusan terbaik dari sebuah sekolah tinggi tinggi terkemuka, Andrew mendapat 5 anjuran pekerjaan.
Tabel 2. Tawaran pekerjaan
Tawaran | Tempat Kerja | Gaji per bulan |
1 | Jakarta | Rp 6.000.000,- |
2 | Medan | Rp 4.000.000,- |
3 | Irian | Rp 6.000.000,- |
4 | Tangerang | Rp 7.000.000,- |
5 | Bali | Rp 7.000.000,- |
Dari lima anjuran tersebut, tinggal dua anjuran yang menggoda Andrew. Pertama, anjuran bekerja di Jakarta dengan honor Rp 6.000.000,- per bulan dan satu lagi, anjuran bekerja di Tangerang dengan honor Rp 7.000.000,- per bulan. Setelah meminta pertimbangan orang renta dan teman, Andrew memutuskan menentukan bekerja di Jakarta dengan honor Rp 6.000.000,- per bulan. Pilihan Andrew untuk bekerja di Jakarta telah menghilangkan peluang terbaiknya untuk bekerja di Tangerang dengan honor Rp 7.000.000,- per bulan. Karena opportunity cost selalu diukur dari nilai peluang terbaik yang dikorbankan atau yang tidak dipilih maka besarnya biaya peluang yang ditanggung Andrew dengan bekerja di Jakarta yakni sebesar Rp 7.000.000,- per bulan.
c. Dinda mempunyai uang Rp 80.000,-. Saat ini ia memerlukan kaos dan buku tulis. Harga satu kaos Rp 15.000,- dan harga satu buku tulis Rp 6.000,-. Karena ada dua kebutuhan maka ada beberapa kombinasi kebutuhan yang harus dipilih Dinda.
Tabel 3. Kombinasi kebutuhan
Kombinasi | Jumlah kaos @ 15.000 | Jumlah buku @ 6.000 | Jumlah uang yang dikeluarkan (Rp) | Sisa uang (Rp) |
A | 1 | 10 | 75.000 | 5.000 |
B | 2 | 8 | 78.000 | 2.000 |
C | 3 | 5 | 75.000 | 5.000 |
D | 4 | 3 | 78.000 | 2.000 |
E | 5 | 0 | 75.000 | 5.000 |
Dari 5 kombinasi di atas, awalnya Dinda ingin menentukan kombinasi D, yaitu mendapat 4 kaos dan 3 buku tulis. Akan tetapi, alasannya yakni ingin menghadiahi adiknya 2 buku tulis maka Dinda berubah menentukan kombinasi C, yakni mendapat 3 kaos dan 5 buku tulis. Ini berarti untuk mendapat komplemen 2 buku tulis Dinda telah mengorbankan satu kaos. Dengan demikian, biaya peluang untuk mendapat komplemen 2 buku tulis yakni sebesar harga satu kaos, yaitu Rp 15.000,-
Biaya peluang tidak hanya terjadi pada kegiatan konsumsi tapi juga terjadi pada kegiatan produksi. Perhatikan pola berikut:
Pak Tata seorang pengrajin mainan kayu sedang memenuhi pesanan dari dua pelanggan. Pelanggan pertama memesan kendaraan beroda empat kayu, pelanggan kedua memesan boneka kayu. Karena keterbatasan modal maka Pak Tata harus mengatur produksinya. Ada beberapa kombinasi produksi yang bisa dipilih Pak Tata.
Tabel 4. Kombinasi produksi
Kombinasi | Jumlah kendaraan beroda empat kayu | Jumlah boneka kayu |
A | 0 | 200 |
B | 50 | 160 |
C | 90 | 100 |
D | 115 | 50 |
E | 135 | 0 |
F | 50 | 125 |
G | 115 | 160 |
Untuk memuaskan pelanggan pertama (pemesan kendaraan beroda empat kayu), awalnya Pak Tata menentukan kombinasi D. Akan tetapi, pilihan D bisa merugikan pelanggan kedua (pemesan boneka kayu) alasannya yakni hanya sedikit pesanannya yang bisa dipenuhi. Oleh alasannya yakni itu, Pak Tata berubah menentukan kombinasi C sehingga diharapkan bisa memuaskan kedua pelanggan. Perubahan pilihan dari D ke C memperlihatkan bahwa Pak Tata harus mengorbankan 25 kendaraan beroda empat kayu (115 - 90) untuk mendapat komplemen 50 boneka kayu. Karena harga satu kendaraan beroda empat kayu Rp 20.000,- berarti besar biaya peluang untuk mendapat 50 boneka kayu yakni 25 x Rp 20.000,- = Rp 500.000,-.
Berdasarkan tabel kombinasi produksi di atas, sanggup pula dibuatkan kurva kemungkinan produksi, menyerupai tampak pada Gambar kurva 2.
Gambar 2. Kurva kemungkinan produksi. |
a. Kurva yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (berlereng negatif) merupakan batas antara kombinasi yang sanggup dicapai dengan kombinasi yang tidak sanggup dicapai.
b. Titik A, B, C, D, E yang terletak pada kurva memperlihatkan kombinasi penggunaan sumber daya yang efisien dan optimal.
c. Titik F merupakan pola kombinasi yang sanggup dicapai (attainable combination), tetapi tidak efisien alasannya yakni tidak memakai sumber daya yang tersedia dengan optimal.
d. Titik G merupakan pola kombinasi yang tidak sanggup dicapai (unatainable combination) alasannya yakni sumber daya yang ada tidak mencukupi.
e. Titik A dan E disebut kombinasi ekstrem alasannya yakni kombinasi A tidak menghasilkan kendaraan beroda empat kayu dan pada kombinasi E tidak menghasilkan boneka kayu.
Referensi :
Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 170.
Referensi lainnya :
[2] Arifin, I. 2009. Membuka Cakrawala Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 170.
[3] Sa’diyah, C. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 434.
[3] Sa’diyah, C. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 434.