Jenis dan Metode Pengolahan Data Penelitian, Pengumpulan, Contoh, Penggolongan, Pengelompokan, Macam-macam, Sosiologi - Sebelumnya, di materi sebelumnya sudah dijelaskan rancangan metode sosial. Proposal atau rancangan metode penelitian sosial harus terdiri atas judul penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat, tinjauan kepustakaan, hingga metode pengumpulan data. Setelah rancangan penelitian disusun, langkah berikutnya yaitu pengumpulan dan analisis data. Pernahkah Anda mengumpulkan data atau pernah berpikir dan kemudian bertanya-tanya mengapa orang perlu bersekolah, bekerja, atau makan? Kegiatan tersebut merupakan pengumpulan data dengan cara berwawancara. Kegiatan ini yaitu kegiatan yang paling penting dalam penelitian. Ketika planning sudah dipersiapkan dengan mantap tetapi kegiatan pengumpulan dan analisis data tidak dilaksanakan dengan baik maka tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai dengan baik pula. Dengan kata lain, kegiatan pengumpulan dan analisis data merupakan tahap pelaksanaan dalam proses melaksanakan penelitian.
Pengumpulan dan analisis data penelitian didasarkan pada suatu metode atau mekanisme supaya data yang diinginkan sanggup terkumpul secara lengkap dari lapangan. Dalam Bab ini, akan dijelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Anda dalam pengumpulan dan pengolahan data penelitian. Dengan demikian, sehabis mempelajari penggalan ini diharapkan Anda sanggup melaksanakan penelitian sosial dengan baik melalui kemampuan dalam mengumpulkan dan mengolah data penelitian.
Gambar 1. Peta konsep pengolahan data penelitian. |
A. Penggolongan Jenis Penelitian
Para hebat di bidang metodologi riset berbeda dalam menggolongkan jenis-jenis penelitian. Penggolongan jenis penelitian sangat bergantung pada segi penelitian tersebut ditinjau. Namun, secara umum penggolongan jenis penelitian sanggup dikelompokkan sebagai berikut.
1.1. Berdasarkan Cara dan Taraf Pembahasan Masalah
Berdasarkan cara dan taraf pembahasan masalah, penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada walaupun adakala diberikan interpretasi atau analisis. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan ataupun membuat konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik ataupun sosial yang di persoalkan. Di samping itu, penelitian ini harus bisa merumuskan dengan sempurna apa yang ingin diteliti dan teknik penelitian apa yang sempurna digunakan untuk menganalisisnya. Hasil penelitiannya difokuskan untuk memperlihatkan citra keadaan bahwasanya dari objek yang diteliti.
b. Penelitian Inferensial
Penelitian ini lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah, keadaan, atau insiden dengan membuat evaluasi secara menyeluruh, meluas, dan mendalam dipandang dari segi ilmu tertentu. Fakta yang ada tidak sekadar dilaporkan apa adanya, tetapi juga dianalisis untuk mendapat suatu kesimpulan dan gagasan atau saran.
1.2. Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian Eksploratif
Penelitian bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan terlebih dahulu atau mengembangkan hipotesis untuk penelitian lanjutan. Peneliti dalam penelitian eksploratif perlu mencari kekerabatan gejala-gejala sosial ataupun fisik untuk mengetahui bentuk kekerabatan tersebut. Peneliti perlu memperluas dan mempertajam dasar-dasar empiris mengenai kekerabatan di antara tanda-tanda sosial atau gejala-gejala fisik sehingga ia benar-benar bisa merumuskan hipotesis-hipotesis yang berarti bagi penelitian lanjutan.
Instrumen yang sanggup digunakan untuk mengumpulkan data biasanya yaitu wawancara, pengamatan (observasi), dan kepus takaan. Data yang bekerjasama dengan objek penelitian dikumpulkan sebanyak mungkin guna mendukung kesimpulan dan membuat hipotesis.
b. Penelitian Uji
Tujuan penelitian ini yaitu menguji satu atau beberapa hipotesis yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Penelitian ini didasarkan atas suatu naskah penelitian yang mempersoalkan langkah-langkah teknis dan metodis yang akan diambil untuk menguji hipotesis. Sampel yang akan diambil harus benar-benar mewakili populasi. Dasar yang paling sempurna untuk melaksanakan penelitian uji yaitu eksperimen guna mengetahui kekerabatan alasannya yaitu akibat.
c. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah atau keadaan sebagaimana adanya atau berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dalam penelitian deskriptif dibutuhkan interpretasi atau analisis.
1.3. Berdasarkan Bentuk dan Metode Pelaksanaannya
Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya, penelitian dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Studi Kasus
Erikson (1976) mengadakan penelitian wacana akibat-akibat tragedi banjir dan pecahnya dam tahun 1972 di Buffalo Creek, Virginia Barat, mewawancarai yang selamat dan membaca semua bukti yang tercatat. (Sumber: Sosiologi jilid 1,1999)
Studi masalah yaitu suatu bentuk penelitian yang intensif, terintegrasi, dan mendalam. Subjek yang diteliti terdiri atas satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Tujuan studi masalah yaitu mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang diteliti yang berarti bahwa studi ini bersifat sebagai satu penelitian yang eksploratif. Penelitian ini bersifat mendalam sehingga menghasilkan citra insiden tertentu. Dalam studi kasus, ada istilah menghasilkan citra longitudinal, yakni pengumpulan dan analisis data dalam satu jangka waktu tertentu.
Kasus sanggup terbatas pada satu orang, satu keluarga, atau kelompok masyarakat pada satu lembaga, satu desa atau wilayah, atau satu kelompok objek lainnya yang cukup terbatas, tetapi dipandang sebagai satu kesatuan. Segala aspek dalam suatu masalah harus mendapat perhatian sepenuhnya dari peneliti. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh peneliti yaitu segala sesuatu yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, contohnya insiden terjadinya, perkembangannya, dan perubahan-perubahannya.
Dengan demikian, studi masalah sanggup memperlihatkan kebulatan dan keseluruhan kasus. Teknik umum yang digunakan dalam studi masalah yaitu observasi langsung, observasi partisipasi, dan teknik wawancara bebas. Di samping itu, sanggup pula dilakukan melalui buku harian, surat menyurat, dan sebagainya. Meskipun demikian, wawancara sangat memainkan peranan besar dalam studi kasus. Dua hal yang sangat memainkan peranan penting dalam studi kasus, yakni generalisasi dan realitas.
Studi masalah umumnya digunakan dalam rangka studi eksploratif saja, artinya bukan menguji hipotesis, melainkan mengembangkan hipotesis. Studi masalah mempunyai laba sebagai berikut.
- Dapat meneliti kehidupan sosial ekonomi ataupun hal-hal yang bersifat fisik atau eksakta secara mendalam.
- Dapat memanfaatkan aneka macam teknik pengumpulan data, ibarat observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan alat-alat pengumpulan data lainnya.
- Dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu teori.
Adapun kelemahan studi masalah yaitu sebagai berikut.
- Kemungkinan untuk membuat generalisasi sangat terbatas lantaran hanya mempelajari atau meneliti aspek-aspek yang spesifik.
- Biaya relatif lebih banyak lantaran memerlukan waktu lebih usang daripada survei.
Survei yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan supaya sanggup menggeneralisasikan terhadap hal yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan sanggup berupa fisik ataupun sosial. Variabel yang bersifat fisik contohnya tanah, iklim, sedangkan yang bersifat sosial contohnya berupa kependudukan, agama, mata pencaharian, pendapatan penduduk.
Survei sanggup digunakan untuk tujuan deskriptif dan menguji suatu hipotesis. Selain itu, juga sanggup digunakan dalam penelitian eksploratif yang bertujuan menguji suatu hipotesis atau lebih umum lagi menjelaskan kekerabatan antara variabel-variabel. Survei untuk penelitian sosial kemasyarakatan biasanya memakai teknik wawancara, kuesioner, atau angket, sedangkan untuk penelitian fisik memakai observasi eksklusif melalui suatu sampel.
Mutu survei sangat bergantung pada hal-hal berikut.
- Besarnya sampel yang diambil. Semakin besar sampel yang diambil, semakin besar pula kemungkinannya untuk mewakili suatu populasi.
- Tingkat kepercayaan data dan informasi yang diperoleh dari sampel atau responden. Informasi yang benar dan akurat yang diperoleh dari responden sangat menunjang tingkat kepercayaan suatu survei.
Keuntungan survei yaitu sebagai berikut.
- Dilibatkan lebih banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang sanggup dipertanggungjawabkan.
- Dapat memakai aneka macam teknik pengumpulan data.
- Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui.
- Dapat dibenarkan atau mewakili teori tertentu.
- Biaya lebih rendah lantaran waktunya lebih singkat.
Adapun kelemahan survei antara lain sebagai berikut.
- Penelitian tidak mendalam.
- Pendapat populasi yang disurvei antara lain sanggup mengandung unsur-unsur emosional dan politik.
- Tidak ada jaminan bahwa angket bisa dijawab oleh responden yang dijadikan sampel.
Karl Marx, pada 1880 memakai teknik survei dengan cara mengirimkan daftar pertanyaan ke-25.000 orang buruh di Prancis.
c. Eksperimen
Penelitian eksperimen yaitu suatu metode penelitian untuk mengadakan kegiatan percobaan guna mendapat sesuatu hasil. Hasil tersebut memperlihatkan kekerabatan alasannya yaitu tanggapan antar variabel. Tujuan eksperimen yaitu untuk mengetahui alasannya yaitu dan tanggapan dari objek yang diteliti.
Penelitian eksperimen sanggup dilakukan melalui penelitian lapangan dan juga laboratoris. Contoh penelitian lapangan yaitu penelitian ilmu sosial pada suatu masyarakat di tempat tertentu; dan mata pelajaran Sosiologi dengan memakai metode-metode mengajar tertentu. Penelitian secara laboratoris jauh lebih gampang dilakukan daripada penelitian eksperimen dalam ilmu-ilmu sosial lantaran dalam penelitian laboratorium, orang lebih bisa mengontrol variabel-variabel tertentu yang sanggup memengaruhi variabel lainnya.
Penelitian eksperimen dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan lantaran banyaknya variabel yang sanggup besar lengan berkuasa terhadap variabel yang dipengaruhi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh seorang peneliti eksperimen tidak hanya bersumber dari kesulitan mengadakan manipulasi aneka macam situasi, tetapi juga dalam penyusunan metode itu sendiri. Misalnya, tidak adanya unit kontrol yang sanggup digunakan sebagai patokan pembanding dengan unit eksperimen.
Penelitian eksperimen sanggup dilaksanakan dengan membagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu suatu kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variabel tertentu, contohnya dengan memakai metode baru, sedangkan kelompok kontrol yaitu suatu kelompok yang dipergunakan untuk menguji hingga di mana terjadi perubahan-perubahan variabel eksperimen.
Contoh citra kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yakni sebagai berikut. Seorang guru ingin mengetahui seberapa jauh tingkat prestasi pelajar Sekolah Menengan Atas terhadap mata pelajaran Sosiologi. Guru tersebut mengajar Kelas XII IPS A dengan memakai metode mengajar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Kelompok ini disebut kelompok eksperimen. Di pihak lain dan dalam waktu yang hampir bersamaan, guru tersebut mengajarkan pelajaran Sosiologi terhadap pelajar Sekolah Menengan Atas Kelas XII IPS B dengan memakai metode mengajar cara biasa (sistem indoktrinasi). Kelompok ini disebut kelompok kontrol. Setelah itu, kedua kelompok pelajar diuji guna mengetahui seberapa jauh kelompok eksperimen berhasil mencapai prestasi dibanding kelompok kontrol.
1.4. Berdasarkan Bidang yang Dipilih
Berdasarkan bidang yang akan diteliti, penelitian sanggup dibagi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian Bidang Ilmu Eksakta
Penelitian ini sanggup berupa penelitian ilmu pengetahuan alam, ilmu kimia, matematika, biologi, dan sebagainya.
b. Penelitian Bidang Ilmu Sosial
Penelitian ini sanggup berupa ilmu sejarah, sosiologi, agama, bahasa, kependudukan, dan sebagainya.
1.5. Berdasarkan Pemakaiannya
Berdasarkan pemakaiannya penelitian sanggup dibagi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian Murni
Penelitian ini bersifat menguji ilmu tertentu dengan memakai teori tertentu. Melalui penelitian ini, diharapkan sanggup diperoleh teori-teori gres dalam bidang ilmu yang diselidiki. Hal tersebut menjadikan penelitian murni disebut juga penelitian dasar.
b. Penelitian Terpakai atau Terapan
Tujuan penelitian ini yaitu supaya hasilnya sanggup dipergunakan atau diimplementasikan. Penelitian terapan diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah positif dalam kehidupan. Penelitian ini merupakan usaha menemukan langkah perbaikan suatu aspek kehidupan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, peneliti berusaha menemukan masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan yang menjadi faktor penghambat terhadap subjek yang diteliti, kemudian dicari alternatif cara yang paling sempurna dan mudah untuk mengatasinya.
1.6. Berdasarkan Tempatnya
Berdasarkan tempatnya, penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Penelitian Laboratorium
Penelitian ini memakai alat-alat laboratorium sebagai media penelitian.
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini memakai kepustakaan sebagai sumber data penelitian. Peneliti berusaha mencari data dari aneka macam literatur yang bekerjasama dengan subjek yang mereka teliti, baik melalui perpustakaan maupun tempat lainnya.
c. Penelitian Lapangan
Penelitian ini dilakukan di lapangan dalam arti sanggup berupa wilayah tertentu (desa, kecamatan, kabupaten, dan sebagainya), forum atau instansi atau organisasi kemasyarakatan, serta objek-objek alami ibarat penelitian tanah, tanaman, hewan, sungai, topografi, dan sebagainya.
B. Pengumpulan Data
Dalam penelitian, selalu digunakan teknik pengumpulan data yang diubahsuaikan dengan tujuan penelitian. Kesesuaian data dengan teknik bergantung pada tipe, jenis, dan kondisi penelitian. Untuk itu, peranan alat pengumpul data sangat penting lantaran alat ini digunakan sebagai pedoman atau pegangan selama pengumpulan data itu berlangsung.
Berikut ini akan dibahas mengenai penggunaan metode dalam pengumpulan data di lapangan.
2.1. Teknik Angket
Angket yaitu alat pengumpul data untuk kepentingan penelitian. Angket digunakan dengan mengedarkan formulir yang berisi beberapa pertanyaan kepada beberapa subjek (responden) untuk mendapat tanggapan secara tertulis. Sebelum angket disusun harus melalui mekanisme sebagai berikut.
- Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket.
- Mengidentifikasi variabel sasaran angket.
- Menjabarkan variabel menjadi sub variabel menjadi spesifik dan tunggal.
- Menentukan jenis data, sekaligus menentukan teknik analisisnya.
Angket memperlihatkan citra dari jawaban yang diberikan subjek (responden), baik yang anonim (tanpa nama) maupun yang bernama. Angket anonim memang ada kebaikannya lantaran responden bebas mengemukakan pendapat. Namun, penggunaan angket anonim mempunyai kelemahan, di antaranya:
- sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan responden kurang memahami maksud item atau pertanyaan dalam angket tersebut; dan
- tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Faktor-faktor yang mensugesti perlu tidaknya angket diberi nama antara lain:
- tingkat kematangan responden;
- subjektivitas item mengakibatkan responden enggan memperlihatkan jawaban;
- kemungkinan banyaknya pertanyaan dalam angket; dan
- prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.
Untuk memperoleh angket dengan hasil mantap, dilakukan proses uji coba. Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memperlihatkan saran-saran perbaikan bagi angket yang akan diedarkan. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian yang sesungguhnya.
Terdapat empat cara pemakaian angket yang sanggup dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.
- Angket digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden.
- Angket diisi sendiri oleh responden.
- Angket sanggup dilakukan dengan wawancara melalui telepon.
- Angket diposkan dan dikembalikan oleh responden.
Angket mempunyai kelemahan dan kelebihan. Salah satu kelemahan angket yaitu kalau angket yang disebarkan kepada responden sukar kembali. Untuk mengatasi kelemahan ini, peneliti harus meyakinkan responden bahwa bantuannya sangat diperlukan. Peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden yang isinya seperti yakin bahwa angketnya akan diisi tetapi belum mempunyai waktu. Kemudian, peneliti berbagi angket harus melebihi kebutuhan atau melebihi jumlah responden yang telah ditentukan.
Berdasarkan jenis penyusunan pertanyaannya, angket dibagi menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut.
a. Angket Tipe Isian
Semua duduk kasus yang diajukan kepada responden (orang yang dimintai keterangan), dalam bentuk pertanyaan, permintaan, komentar terhadap suatu insiden atau keadaan. Orang yang dimintai keterangan (responden) diharapkan mengisi setiap jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan secara bebas. Setiap pertanyaan yang diajukan disebut items. Dengan demikian, kebebasan jawaban dari responden disebut open end item, angketnya dinamakan open form questionnare. Selain itu terdapat pula jenis angket dengan setiap pertanyaan yang memerlukan jawaban terbatas disebut Supply type item, angket ini dinamakan closed form questionnare.
Berikut ini pola dari kedua bentuk angket tersebut, yaitu:
1) Bentuk terbuka open end item
Bagaimana pendapat Anda apabila:
a) Setiap siswa yang meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir?
......................................................................................................
......................................................................................................
b) Siswa yang merokok di dalam kelas?
......................................................................................................
c) Setiap siswa yang sering melaksanakan perkelahian dikeluarkan dari sekolah?
......................................................................................................
d) Pelajaran Sosiologi yang diberikan di Kelas XII IPS dalam bentuk diskusi?
.........................................................................
e) Setiap siswa yang masuk terlambat dikenakan hukuman, dengan jalan membersihkan WC sekolah ?
......................................................................................................
f) Dan lain-lain ...............................................................................
Jawaban bebas dari item (pertanyaan) tersebut memungkinkan peneliti menyelidiki perasaan, pendapat, atau latar belakang responden secara luas.
2) Supply type closed form item
a) Apa hobi Anda?
......................................................................................................
b) Mata pelajaran apa yang Anda senangi ?
......................................................................................................
c) Berapa jam atau menit kemampuan Anda membaca setiap hari?
......................................................................................................
d) Mata pelajaran apa yang Anda takuti ?
......................................................................................................
e) Ke mana Anda setiap malam Minggu?
......................................................................................................
f) Dan lain-lain
......................................................................................................
Kelemahan-kelemahan angket bentuk isian yaitu sebagai berikut.
- Responden mungkin merasa segan memperlihatkan jawaban yang lengkap.
- Kemungkinan responden tidak memperlihatkan jawaban yang sebenarnya.
- Apabila responden banyak, peneliti akan sukar menarik kesimpulan dari setiap pertanyaan.
b. Angket Tipe Pilihan
Angket tipe pilihan meminta responden untuk menentukan jawaban dari setiap item (pertanyaan), baik yang berbentuk multiple choice maupun force choice dalam bentuk ya-tidak, setuju-tidak setuju, atau boleh-tidak boleh. Bentuk angket pilihan ganda disenangi oleh responden lantaran waktu pengisian cukup singkat dan tidak banyak memerlukan pemikiran. Pertanyaan (item) multiple choice dan force choice sanggup digunakan untuk menyelidiki fakta-fakta objektif (fact finding) atau fakta-fakta subjektif (pendapat, keyakinan, dll.).
Berikut ini pola pertanyaan dalam bentuk force choice.
1) Untuk fact finding
a) Jenis kelamin ?
( ) wanita
( ) pria
b) Anda pernah tubruk ?
( ) ya
( ) tidak
c) Anda punya pacar ?
( ) ya
( ) tidak
d) Anda mengikuti bimbingan tes?
( ) ya
( ) tidak
Responden cukup memberi tanda silang di depan jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2) Untuk menyelidiki pendapat
a) Apakah Anda merasa hening dengan adanya perkelahian pelajar?
( ) ya ( ) tidak
b) Apakah buku-buku di perpustakaan sekolah membantu menambah pengetahuan?
( ) ya ( ) tidak
c) Apakah pekerjaan rumah mengganggu waktu bermain?
( ) ya ( ) tidak
d) Apakah tata tertib sangat memberatkan siswa?
( ) ya ( ) tidak
Bentuk force choice tidak hanya ya atau tidak saja, tetapi banyak lagi bentuk-bentuk lain, tentu saja bergantung pada masalah yang ditanyakan kepada responden.
Angket bentuk pilihan ganda (multiple choice) menyediakan beberapa alternatif jawaban (lebih dari dua) yang harus diisi oleh responden, misalnya:
1) Untuk fact finding
a) Tujuan Anda sehabis lulus SMA?
( ) ITB
( ) PTS
( ) Unpad
( ) Kursus
b) Sejak kapan Anda bahagia berkelahi?
( ) TK
( ) SD
( ) SMP
( ) hingga sekarang
c) Ke mana Anda apabila membolos sekolah?
( ) pulang ke rumah
( ) ke tempat keramaian
( ) ke bioskop
( ) nonton TV
d) Di mana Anda mendapat buku pelajaran?
( ) beli di toko
( ) pinjam kepada teman
( ) pinjam ke perpustakaan
( ) beli di loak
2) Untuk menyelidiki pendapat atau keyakinan
a) Apakah Anda akan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi tinggi?
( ) ya baik Perguruan Tinggi Negeri atau PTS
( ) tidak ada biaya
( ) apabila ada biaya
( ) bergantung pada situasi nanti
b) Bagaimana pendapat Anda mengenai perkelahian pelajar?
( ) mengganggu ketertiban
( ) sebagai solidaritas dengan teman
( ) menambah keberanian
( ) membahayakan jiwa
c) Hukuman apakah yang pantas diberikan kepada yang suka bolos?
( ) dijemur
( ) dinasihati guru wali kelas atau guru BP
( ) dikeluarkan
( ) diperingatkan hingga tiga kali; kalau masih membolos, di keluarkan
(d) Bagaimana pendapat Anda mengenai pacaran?
( ) menyenangkan, membantu kegiatan belajar
( ) cukup untuk mengenal sifat masing-masing
( ) sanggup mengganggu konsentrasi belajar
( ) tidak baik bagi anak sekolah
Angket bentuk pilihan ganda mempunyai banyak alternatif jawaban sehingga akan memperluas dan memperdalam permasalahan.
c. Menyusun Pertanyaan
Pertanyaan (item) merupakan alat untuk memancing respons dari orang yang dijadikan subjek penelitian. Pertanyaan yang diajukan harus benar-benar sanggup diterima oleh responden dan tidak membingungkan sehingga perlu diperhatikan petunjuk penyusunan pertanyaan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.
- Gunakan kata-kata yang artinya tidak rangkap.
- Susun kalimat yang sederhana dan jelas.
- Hindari penggunaan kata-kata yang tidak ada gunanya.
- Hindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada gunanya.
- Masukkan semua kemungkinan jawaban supaya pilihan jawaban mempunyai dasar yang beralasan, tetapi hindari pengkhususan yang tidak jelas, baik dalam pertanyaan maupun dalam jawaban.
- Perhatikan pertanyaan yang dimasukkan harus diterapkan pada situasi berdasarkan pendapat responden.
- Hindari menanyakan pendapat responden, kecuali kalau pendapat tersebut yang akan diselidiki.
- Hindari kata-kata yang terlalu kuat (mengiringi jawaban) atau terlalu lemah (tidak merangsang). Mengiringi jawaban akan mendorong responden keluar dari jalur masalah yang diteliti. Kata yang terlalu lemah akan memancing respons yang tidak memadai sehingga jawaban lebih dari satu pilihan.
- Susun pertanyaan yang tidak memaksa responden menjawab yang tidak bahwasanya lantaran takut akan adanya tekanan-tekanan sosial.
- Hindari membuat pertanyaan yang sanggup dijawab dengan beberapa jawaban apabila hanya satu jawaban yang diinginkan.
- Jika mungkin, susunlah pertanyaan yang sedemikian rupa sehingga sanggup membebaskan responden dari berpikir terlalu kompleks.
- Hindari kata-kata yang sentimental, seperti, cantik, jelek, buruk, dungu, bodoh, kurang ajar, dan lain-lain, sekiranya ada kata-kata lain yang lebih sopan dan netral.
Contoh Soal (UN Sekolah Menengan Atas IPS, 2005) :
Salah satu fungsi data bagi peneliti yaitu untuk mengambil suatu keputusan. Hal ini lantaran data berkaitan dengan ....
a. pendapat umum yang berkembang luas di masyarakat
b. konsensus aneka macam kalangan yang didukung oleh penguasa
c. citra suatu keadaan yang sanggup dijadikan dasar suatu pendapat
d. unsur pembangunan yang paling vital dan sangat berharga
e. perkiraan seseorang yang digunakan sebagai pijakan menyatakan suatu pendapat
Jawaban: c
Data yaitu materi mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, atau data yaitu kumpulan data yang berisi informasi atau pendapat.
2.2. Wawancara
Fakta yang diharapkan terkadang tidak tercatat, dan orang hanya sanggup mengetahuinya kalau ia menanyakannya. Ferree pada 1976 mewawancarai 135 perempuan yang mempunyai anak usia sekolah dasar, dan melaporkan bahwa para istri yang seluruh kegiatannya terbatas dalam rumah tangga “kurang puas dalam hidup” dibandingkan istri yang bekerja di luar rumah. Akan tetapi, dalam wawancara yang dilakukan Wright, pada 1978 dengan jumlah informan besar dan bersifat nasional serta pertanyaan yang sama, menghasilkan data yang berbeda. Hasil wawancara menyatakan tidak ada kekerabatan yang tetap antara kepuasan hidup istri dengan keadaan apakah mereka bekerja di luar rumah. Kasus tersebut memberi citra bahwa penelitian tunggal jarang memperlihatkan bukti yang cukup sebelum diperkuat oleh penelitian ulang. (Sumber: Sosiologi Jilid 2, 1999)
Wawancara atau interview (tanya jawab lisan) merupakan salah satu penggalan yang terpenting setiap penelitian. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya didapat eksklusif melalui wawancara dengan responden. Pewawancara memerlukan persyaratan tertentu, yaitu keterampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, tidak ragu dan tidak takut dalam memberikan pertanyaan. Persyaratan itu sangat perlu lantaran antara pewawancara dan responden masing-masing mempunyai huruf yang berbeda dan tentu hal ini akan menghambat kelancaran proses wawancara.
Sebelum melaksanakan wawancara, pewawancara perlu mempersiapkan diri terlebih dahulu melalui latihan. Pewawancara yang sudah berpengalaman pun perlu persiapan dan latihan. Latihan wawancara diadakan untuk memperlihatkan bekal keterampilan untuk mengumpulkan data dengan hasil yang baik. Pewawancara merupakan kunci keberhasilan perolehan data yang diperlukan. Sikap pada waktu datang, perilaku duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, serta keseluruhan penampilan akan sangat besar lengan berkuasa terhadap isi jawaban responden. Oleh lantaran itu, perlu adanya latihan yang intensif bagi calon pewawancara. Fungsi pedoman wawancara yaitu untuk mendapat hasil pencatatan yang lebih cepat dan perolehan data yang diperlukan.
Saat proses wawancara berlangsung diharapkan situasi dan kondisi yang menunjang dan hindari dari efek eksternal yang sanggup mengganggu kelancaran wawancara. Teknik wawancara yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.
- Usahakan pada waktu wawancara hanya responden yang hadir dan wawancara pun tidak membawa teman.
- Reaksi atau jawaban pertama terhadap pertanyaan itulah pendapat responden yang sesungguhnya.
- Jangan tergesa-gesa menulis jawaban tidak tahu lantaran jawaban tidak tahu dari responden bahwasanya ia sedang berpikir. Oleh lantaran itu, pewawancara harus sabar.
- Pada jawaban ya dan tidak, seringkali responden menambahkan keterangan maka semua jawaban tersebut dicatat dan tulislah komentar responden.
- Jawaban responden harus dimengerti maksudnya sebelum dicatat kalau belum terang sebaiknya ditanyakan lagi.
- Usahakan sambil menulis, tetap mendengarkan atau berbicara.
- Setelah selesai wawancara, periksalah pedoman wawancara dengan teliti supaya semua pertanyaan dan jawaban terkoreksi.
- Jika memakai alat perekam, hendaknya meminta izin responden.
- Jenis kelamin yang diwawancara sebaiknya sama dengan pewawancara.
Penggunaan wawancara sebagai teknik pengumpulan data harus dilaksanakan dengan efektif. Artinya, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sanggup diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus terang dan terarah. Suasana harus tetap rileks supaya data yang diperoleh yaitu data objektif yang sanggup dipercaya.
Beberapa kelemahan wawancara yaitu sebagai berikut.
- Tidak cukup efisien, memboroskan waktu, tenaga, dan biaya.
- Bergantung kepada kesediaan, kemampuan, dan keadaan responden.
- Jalan dan isi wawancara sangat gampang dipengaruhi keadaan sekitarnya yang memperlihatkan tekanan-tekanan mengganggu.
- Pewawancara harus yang benar-benar menguasai bahasa yang diwawancarai.
- Jika pendekatan sahabat-karib dilaksanakan untuk menyelidiki masyarakat yang heterogen, diharapkan pewawancara yang banyak. Misalnya, kalau masyarakat terdiri atas beberapa golongan yang bertentangan, satu pewawancara melayani satu golongan.
2.3. Observasi
Observasi yaitu studi yang disengaja dan sistematis wacana fenomena sosial dan tanda-tanda fisik dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Observasi sanggup dijadikan sebagai alat pengumpul data kalau memenuhi kriteria sebagai berikut.
- Dijadikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
- Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis.
- Dikaitkan dan dicatat secara sistematis dengan proposisi yang lebih umum, dan tidak lantaran didorong oleh rasa ingin tahu belaka.
- Dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas, dan ketelitiannya.
Ciri observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
- Mempunyai arah dan tujuan yang khusus.
- Observasi ilmiah tidak dilakukan secara untung-untungan atau sesuka hati dalam usaha mendekati situasi atau objeknya, tetapi dilakukan secara sistematis dan berencana.
- Observasi sifatnya kuantitatif, yaitu mencatat sejumlah insiden wacana tipe-tipe tingkah laris sosial tertentu.
- Observasi melaksanakan pencatatan dengan segera, secepatnya, tidak menyandarkan diri pada kekuatan ingatan.
- Menuntut adanya keahlian, dilakukan oleh orang terlatih untuk kiprah ini.
- Hasil observasi sanggup dicek dan dibuktikan untuk menjamin reliabilitas dan validitasnya.
Contoh Soal (UN Sekolah Menengan Atas IPS, 2004) :
Pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti disebut observasi ....
a. langsung
b. tidak langsung
c. tidak berstruktur
d. berstruktur
e. pastisipatif
Jawaban: e
Observasi partisipatif adalahseorang pengamat terlibat eksklusif dengan objek yang diamati.
2.4. Dokumen dan Media Massa
Pengumpulan data dari materi dokumen merupakan pengumpulan data dari hasil catatan yang dilakukan pada waktu lampau. Pengumpulan data itu sanggup berupa hal-hal berikut.
- Surat pribadi. Surat-menyurat yang telah dilakukan oleh seseorang pada masa lampau, menggambarkan emosi, karakter, sifat, curahan hati, dan lain-lain. Misalnya, penelitian mengenai keadaan masyarakat Indonesia yang digambarkan dalam surat R.A. Kartini kepada Ny. Abendanon sehingga terkumpul dalam bukunya berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Isi surat tersebut, selain watak dan perilaku R.A. Kartini mengenai perjuangannya, juga menggambarkan tradisi dan watak istiadat Jawa pada dikala itu.
- Catatan dan buku harian. Buku harian memuat peristiwa-peristiwa penting yang dialami seseorang pada masanya. Dari buku harian tokoh angkatan ‘66 sanggup ditemukan peristiwa-peristiwa yang terekam, contohnya situasi politik pada tahun 1966. Begitu pula tokoh-tokoh lain yang membuat catatan hariannya merupakan materi dokumen dalam penelitian sejarah.
- Surat resmi. Surat-surat resmi yang pernah dikeluarkan oleh suatu forum merupakan materi dokumentasi mengenai keadaan forum bersangkutan atau situasi administrasi, politik, kemasyarakatan, tradisi, hukum, dan lain-lain yang pernah terjadi di masa lampau.
- Memoirs. Hampir sama dengan catatan harian, tetapi tidak menyinggung masalah-masalah pribadi. Memoirs berisi hal-hal yang bersifat umum dari suatu catatan perjalanan. Memoirs banyak memuat keadaan suatu masyarakat, negara, watak istiadat dan lain-lain yang berlaku di suatu daerah, contohnya mengenai catatan perjalanan Columbus ke Benua Amerika atau catatan perjalanan yang ditulis oleh orang Belanda pada kurun XIX mengenai kehidupan orang Jawa.
- Dokumen pemerintah. Dokumen yang dibentuk pemerintah merupakan suatu materi kajian yang mempunyai ketelitian yang telah terjadi di masa lampau. Hal ini memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang benar-benar telah terjadi, kemudian diarsipkan dan disimpan sebagai suatu dokumen.
Pada zaman kolonial Belanda, banyak sekali arsip-arsip yang disimpan sebagai suatu catatan sejarah Indonesia mengenai acara pejabat pemerintah, kegiatan militer, transaksi di bidang administrasi, dan lain-lain sehingga dokumen pemerintah tersebut dikategorikan sebagai berikut.
- Missive, yaitu surat-surat resmi dari para tangan kanan residen dan residen kepada gubernur jenderal.
- Keputusan Pemerintah.
- Memoranda, adalah laporan yang diucapkan pada waktu serah terima jabatan.
- Militair Journaal, adalah catatan harian dari kesatuan militer yang melaksanakan operasi.
- Surat kawat, yaitu telegram yang ditujukan kepada suatu lembaga-lembaga lain.
- Notula rapat, yaitu catatan selama rapat berlangsung dan kesimpulan dari pelaksanaan rapat.
- Proces verbaal dari suatu persiapan pengadilan.
Pengambilan dokumen sanggup diambil dari media massa, majalah, jurnal, dan lain-lain. Media massa sanggup bersifat objektif dan subjektif terhadap masalah sosial yang terjadi. Adanya kedua sifat tersebut dalam media massa menjadikan pro dan kontra di masyarakat.
Penggunaan fakta dalam media massa sering harus teliti disebabkan singkatnya waktu dalam pengumpulan gosip dan mengolah informasi yang didapat wartawan maka unsur subjektif gosip muncul. Pengumpulan data melalui media massa sanggup dilakukan secara periodik. Media massa sangat mempunyai kegunaan dalam mencari masalah untuk materi penelitian lantaran tidak sedikit berita-berita yang bekerjasama dengan masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Namun, peneliti perlu ketelitian dalam menentukan masalah tersebut supaya terhindar dari unsur subjektivitas wartawan sehingga kaji ulang terhadap suatu masalah perlu dilakukan. Begitu pula, penyelidik harus netral dalam membaca setiap masalah sosial yang terjadi dengan tidak memasukkan unsur pribadi atau golongan.
C. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, secepatnya diolah supaya data tersebut memperlihatkan citra mengenai masalah yang diajukan. Hasil pengolahan data sanggup menyimpulkan kebenaran-kebenaran sebagai hasil temuan dari masalah yang ada di lapangan. Untuk mendapat suatu citra dari data yang diolah, perlu adanya analisis sebagai selesai dari penyilidikan. Analisis di sini dibedakan atas dua macam, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif.
Perbedaan ini bergantung pada sifat data yang dikumpulkan. Data yang bersifat monografis memakai analisis kualitatif, sedangkan data yang mempunyai jumlah lebih besar memakai analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif disebut juga analisis statistik, yang mempunyai proses beberapa tahap yang saling berkaitan, di antaranya:
- tahap pengolahan data, merupakan awal dari data yang telah dikumpulkan;
- tahap pengorganisasian data, memilah-milah data sesuai dengan masalah yang diajukan; dan
- tahap temuan hasil, merupakan tanggapan dari analisis data yang memperlihatkan citra dari kebenaran-kebenaran di lapangan.
Di dalam pengumpulan dan pengolahan data terdapat beberapa mekanisme supaya data yang terkumpul sanggup diolah sesuai dengan yang diharapkan sehingga terbukti secara lahiriah (empirik). Pengumpulan dan analisis data tidak begitu saja terbentuk, tetapi melalui beberapa rangkaian kegiatan yang saling menunjang, ibarat pengelompokan data, kecenderungan data, dan kekerabatan antar data.
3.1. Pengelompokan Data
Data yang telah terkumpul dari lapangan perlu diteliti kembali yang disebut editing. Terutama data yang dikumpulkan melalui angket atau melalui wawancara. Adapun editing yang berasal dari angket akan diteliti kembali, terutama yang bekerjasama dengan hal-hal sebagai berikut.
- Lengkapnya pengisian, angket harus berisi lengkap. Setiap pertanyaan yang ada dalam angket harus terisi, terutama untuk angket dalam bentuk terbuka.
- Keterbacaan tulisan, goresan pena yang ada dalam angket bentuk terbuka harus terbaca, apabila tidak atau sulit dibaca, akan terjadi penafsiran yang salah mengenai isi pertanyaan yang diajukan.
- Kejelasan makna jawaban, seorang pengumpul data atau responden sebaiknya sanggup menuliskan jawaban yang terang maknanya supaya tidak salah menafsirkan maksud dari jawaban.
- Keajegan dan kesesuaian jawaban satu sama lain, jawaban yang ditulis dalam angket ada kesesuaian antara jawaban yang ada dalam pertanyaan pertama dan jawaban dalam pertanyaan selanjutnya sehingga setiap pertanyaan tidak ada kesan asal dijawab.
- Relevansi jawaban, bagi pengumpul data hasil wawancara harus cermat dalam menyusun pertanyaan supaya setiap jawaban ada hubungannya dengan masalah penyelidikan. Jika data atau jawaban tidak relevan dengan masalah yang diajukan, tentu saja akan percuma dan tidak berharga.
- Keseragaman satuan data, contohnya untuk data mengenai luas maka ada keseragaman dalam satuan ukuran ibarat km2 jangan disatukan dengan ukuran yang lain seperti m2, Are, Ha, dan lainnya. Demikian pula untuk ukuran berat, jumlah, nilai uang, dan lain-lain.
Jika editing selesai dilakukan, dilanjutkan dengan pengelompokkan data yang disebut dengan koding data. Koding yaitu usaha mengelompokkan atau mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden berdasarkan macamnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah menganalisis data dari setiap pertanyaan yang diajukan lantaran kadangkala dari setiap pertanyaan terdapat jawaban-jawaban yang sejenis sehingga perlu untuk disatukan ke dalam satu analisis yang sama, khususnya untuk jawaban pada jenis pertanyaan terbuka.
Data yang paling gampang dikelompokkan yaitu data yang berasal dari jawaban angket tertutup yang multiple choice. Jawaban yang diperoleh dari responden selanjutnya dihitung yang disebut tallying. Misalnya, jawaban yang diperoleh dari satu pertanyaan yang diajukan kepada 80 orang siswa maka setiap siswa akan menjawab sesuai dengan pendapatnya. Dengan demikian, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1: Pendapat Siswa Mengenai Perkelahian Pelajar
Kategori | Tally | Frekuensi (f) |
Mengganggu ketertiban | eeeec | 23 |
Sebagai solidaritas dengan teman | eeed | 19 |
Menambah keberanian | eee | 15 |
Membahayakan jiwa | eeeb | 17 |
Jumlah | 74 |
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh jawaban bahwa siswa sebagai responden ternyata cenderung tidak menyetujui adanya perkelahian pelajar. Hal ini belum memperlihatkan adanya analisis dari hasil penyelidikan lantaran belum seluruh jawaban dikelompokkan dan dihitung.
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh jawaban bahwa siswa sebagai responden ternyata cenderung tidak menyetujui adanya perkelahian pelajar. Hal ini belum memperlihatkan adanya analisis dari hasil penyelidikan lantaran belum seluruh jawaban dikelompokkan dan dihitung.
3.2. Kecenderungan Umum Melalui Statistik Sederhana
Data yang bersifat kuantitatif sanggup diolah memakai statistik. Statistik secara sederhana sanggup dihitung dengan mencari nilai rata-rata (mean), modus, median, dan persen yang disebut pengukuran tendensi sentral, yaitu pengukuran dari pusat persebaran variabel. Pengolahan data dari statistik sederhana ini diperoleh dari frekuensi yang dicapai pengumpulan data yang merupakan suatu ukuran. Ukuran statistik merupakan ukuran deskriptif yang akan memperlihatkan tanda-tanda yang terkandung dalam data sehingga akan memperlihatkan kecenderungan dan pengelompokan data.
Dalam pengolahan data melalui statistik diharapkan beberapa pengertian dasar sebelum mengetahui mean, medium, modus, dan persen.
a. Pengertian Dasar
Untuk memahami dasar-dasar statistik, terlebih dahulu diperkenalkan beberapa istilah yang diperlukan. Kadangkala beberapa istilah ini muncul kembali walaupun sebelumnya telah dibahas. Hal ini sengaja dengan tujuan untuk lebih paham.
1) Variabel
Variabel mempunyai dua karakteristik, yaitu
- karakteristik yang sanggup memperlihatkan sekurang-kurangnya dua pembagian terstruktur mengenai yang berbeda; dan
- karakteristik yang mungkin memperlihatkan sekurang-kurangnya dua hasil pengukuran atau perhitungan yang berbeda.
Variabel sanggup dibedakan yakni sebagai berikut.
a) Variabel kualitatif
Variabel ini sanggup diperoleh melalui pengamatan atau variabel yang tidak dinyatakan dengan bilangan. Ciri variabel kualitatif yaitu sebagai berikut.
(1) Variabel kualitatif dichotomous, yaitu variabel yang hanya diklasifikasikan menjadi dua dan tidak memperlihatkan peringkat (ordering), contohnya jawaban,
Ya - Tidak
Praktis - Sukar
Dst.....
(2) Variabel kualitatif polychotomous, yaitu variabel kualitatif banyak dan tidak.
b) Variabel kuantitatif
- Variabel kuantitatif kontinu, yaitu variabel yang sanggup dinyatakan dalam bilangan, yang mengambil setiap harga, baik bilangan bundar maupun bilangan pecahan. Misalnya, ukuran berat, atau ukuran tinggi.
- Data kontinyu sanggup diperoleh dari hasil pengukuran yang terus menerus, ibarat perkembangan tinggi tubuh anak sanggup diukur setiap tahun atau suhu tubuh pasien di rumah sakit senantiasa diukur tiap waktu.
- Variabel kuantitatif diskrit, yaitu variabel yang keadaannya dinyatakan dalam bilangan bundar dan selalu dilihat dari bentuknya. Misalnya, jumlah penduduk, banyaknya binatang, atau jumlah buku.
2) Data
Data yaitu fakta (keterangan) dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif. Data diperoleh dari pengukuran perhitungan, ataupun pengamatan sehingga akan muncul fakta.
3) Pengukuran
Pengukuran yaitu sebuah proses kuantifikasi, di mana orang berusaha untuk mencantumkan bilangan terhadap ciri khas (karakteristik) tertentu berdasarkan peraturan tertentu pula.
Terdapat dua syarat dalam pengukuran, yaitu:
- jika melaksanakan pengukuran, maka akan selalu memperoleh bilangan; dan
- penafsiran terhadap bilangan yang dicantumkan bergantung pada aturan yang dipakai.
Hasil pengukuran akan diperoleh tingkat atau skala pengukuran.
Berdasarkan jenis variabel, akan terdapat empat jenis tingkat pengukuran, yaitu sebagai berikut.
a) Tingkat pengukuran nominal (skala nominal), yang sebuah bilangan hanya mempunyai satu fungsi yaitu sebagai lambang untuk membedakan. Bilangan pada tingkat pengukuran nominal ini tidak untuk dijumlahkan, dikurangi, dikalikan, atau dibagi sehingga pada skala ini aturan matematika tidak berlaku.
Adapun lambang matematis untuk membedakan tingkat pengukuran nominal, misalnya:
- Rumah di pinggir jalan memakai nomor, yang berfungsi untuk membedakan dengan rumah lain yang mempunyai nomor berbeda. Nomor rumah tidak untuk dijadikan dasar perhitungan.
- Nomor urut untuk panggilan pasien yang berobat ke dokter atau rumah sakit. Nomor ini pun tidak untuk dijadikan bilangan yang sanggup dihitung pula.
b) Tingkat pengukuran ordinal (skala ordinal), pada tingkat peng ukuran ini bilangan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai lambang untuk membedakan dan untuk memperlihatkan peringkat (rank).
Misalnya,
- Peringkat pemain badminton yang dibentuk IBF, berarti semakin kecil bilangan maka semakin tinggi peringkatnya.
- Sekolah dasar mempunyai enam kelas yang berbeda (1,2,3, 4,5, dan 6), maka siswa yang berada di Kelas VI mempunyai peringkat paling tinggi. Dengan demikian, semakin besar bilangan semakin tinggi peringkatnya.
Kedudukan skala ordinal lebih tinggi dibandingkan dengan skala nominal lantaran pada skala ordinal suatu bilangan semakin kecil maka peringkatnya semakin tinggi, atau semakin besar bilangan maka peringkatnya makin tinggi. Skala ordinal sanggup mengurutkan kualitas, tetapi tidak sanggup mengurutkan jarak. Akibatnya, aturan matematika tidak berlaku sepenuhnya apabila tidak ada persyaratan tertentu yang memakai penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian. Lambang yang sanggup digunakan pada skala ordinal yaitu <, >.
c) Tingkat pengukuran interval (skala interval) mempunyai tiga fungsi, yaitu:
- sebagai lambang untuk membedakan;
- untuk memberi peringkat (semakin besar bilangan, semakin tinggi peringkatnya); dan
- memperlihatkan jarak (interval).
Ciri utama tingkat pengukuran interval, bahwa titik nol bukan merupakan titik absolut, tetapi titik yang ditentukan oleh perjanjian. Misalnya, skala yang terdapat pada termometer C, titik bekunya yaitu 00, sedangkan pada termometer F titik bekunya yaitu 320. Akibat dari sifat-sifat yang dimiliki skala interval maka aturan matematika berlaku, contohnya pengukuran interval untuk ilmu sosial, seperti:
- skala sikap
- skala minat
- skala partisipasi
d) Tingkat pengukuran ratio (skala ratio), dengan ciri bahwa titik nol yaitu titik absolut. Akibatnya, semua aturan matematika menjadi berlaku.
b. Mean (Rata-Rata Hitung)
Mean disebut juga nilai rata-rata. Mean merupakan hasil bagi antara jumlah seluruh nilai dan jumlah unit yang diamati. Misalnya, diperoleh data 2, 3, 4, 5, 6. Dengan demikian, mean-nya yaitu 20: 5 = 4.
Terdapat dua cara perhitungan, yaitu:
1) Untuk data yang tidak dikelompokkan, dengan formulasi sebagai berikut.
Keterangan:
: Mean
X1 : Nilai data ke-1
N : banyaknya Xi
Σ : Jumlah
Contoh: Perhatikan kelompok nilai sosiologi berikut: 4, 6, 9, 7, 8, 10, 3.
Jadi, mean-nya yaitu :
2) Untuk data yang dikelompokkan
Untuk mencari rata-rata hitung (mean) bagi data yang sudah dikelompokkan yaitu dengan mencari mean duga (mean assumed), tetapi sebelumnya harus ditentukan dahulu pengelompokan data bersangkutan dengan mencari batas kelas (interval = i). Batas kelas (interval = i) digunakan untuk mengelompokkan data dengan tujuan supaya memudahkan pengolahan, biasanya dari populasi (N) di atas 30, intervalnya sanggup dicari sebagai berikut.
a) Seseorang mengambil angka ganjil < 10, tetapi > 1 yaitu 3, 5, 7, 9, maka salah satu angka tersebut sanggup digunakan sebagai batas kelas (i).
b) Jika terdapat perbedaan atau selisih (range = Rg) maka dibagi dengan angka ganjil yang diambil dan ditambah 1, maka hasilnya harus ada di antara angka 10 dan 20, jadi
Keterangan :
Rg = Range (selisih)
I = interval
Contoh :
Hasil Ujian Akhir Sekolah yang dicapai oleh sembilan Kelas XII IPS, dari 84 siswa (n), diperoleh nilai tertinggi 58, sedangkan nilai terendah 15, maka selisihnya sebesar 43. Untuk mendapat batas kelas yang diingin kan sanggup dicari dari beberapa kemungkinan berikut ini.
a) Apabila interval yang digunakan yaitu 3 (i = 3) maka penghitungannya adalah:
Makara untuk i = 3 dianggap memenuhi syarat, alasannya yaitu 10 < 15 < 20.
b) Jika interval yang digunakan yaitu 5 (i = 5) maka penghitungannya sama ibarat sebelumnya dan didapatkan hasil 9,6, atau 10. Jadi, untuk i = 5 dianggap memenuhi syarat alasannya yaitu 10 = 10 < 20.
c) Jika interval yang digunakan yaitu 7 (i = 7) maka dengan penghitungan yang sama diperoleh hasil 7,14 atau 7. Jadi, untuk i = 7 dianggap tidak memenuhi syarat alasannya yaitu 7 < 10.
d) Jika interval yang digunakan yaitu 9 (i = 9) maka dengan penghitungan yang sama diperoleh hasil 5,78 atau 6. Makara untuk i = 9 tidak memenuhi syarat lantaran 6 < 10. Dengan demikian, yang sanggup dijadikan interval yaitu 3 dan 5. Pada penggalan ini dimisalkan memakai salah satunya yaitu 5.
Mean duga atau rata-rata hitung untuk data berkelompok yang mempunyai batas kelas (interval = 5) digunakan rumus:
Keterangan :
: Mean satu set pengukuran
: Mean duga
Σ f,d : Jumlah hasil perkalian frekuensi
n : Banyaknya individu pengukuran
i : Interval atau batas kelas
Contoh:
Tabel 2. untuk mencari mean bagi data berkelompok dari nilai UAS mata pelajaran Sosiologi di sembilan Kelas XII IPS. Kemudian diambil sampel sebanyak n = 84 siswa maka terlihat kecenderungan nilai yang didapat oleh siswa tersebut, yaitu:
Tabel 2: Persebaran Frekuensi Individu ( f ) dan Simpangan Duga (d) untuk Mendapatkan Mean () dengan Mean Duga ()
Kelas (C) | Batas Kelas (i=5) | Frekuensi ( f ) | Deviasi (d) | Perbanyakan ( f,d ) |
1 | 56 - 60 | 1 | 5 | 5 |
2 | 51 - 55 | 2 | 4 | 8 |
3 | 46 - 50 | 0 | 3 | 0 |
4 | 41 - 45 | 15 | 2 | 30 |
5 | 36 - 40 | 16 | 1 | 16 |
6 | 31 - 35 | 26 | 0 | 0 |
7 | 26 - 30 | 17 | -1 | -17 |
8 | 21 - 25 | 6 | -2 | -12 |
9 | 16 - 20 | 1 | -3 | -3 |
Jumlah | 84 (-n) | 27 ( f1 d) |
Mean duga dihitung sebagai berikut:
Mean = 33 + (27/84) 5
= 33 + 135/84
= 34,607143 atau 34,61
Nilai 33 sanggup diketahui dari batas kelas 31–35 yang merupakan titik tengah. Dari batas kelas tersebut, diletakkan angka 0 yang merupakan nilai yang dikodekan atau simpangan duga (d), ke atas dari angka 0 pada tabel tersebut diletakkan angka 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan tanda positif. Sebaliknya, ke bawah dari angka 0 diletakkan angka 1, 2, 3, dengan tanda negatif. Selanjutnya, hasil dari simpang duga (d) dikalikan dengan frekuensi individu (f).
Adapun laba mean atau rata-rata hitung yaitu sebagai berikut.
- Nilai rata-rata memperlihatkan citra secara proporsional.
- Nilai rata-rata digunakan secara luas dalam aneka macam bidang dan sangat gampang diartikan.
- Pengolahan mean sangat mudah, baik yang berasal dari data terpencar maupun yang berasal dari data berkelompok.
- Nilai rata-rata selalu digunakan dalam statistik.
c. Modus atau Mode
Modus atau mode yaitu hasil pengukuran atau angka yang paling banyak terdapat dalam deretan angka-angka atau hasil pengukuran. Dengan kata lain, bilangan yang paling banyak muncul. Sebagai contoh, deretan angka-angka berikut ini sanggup dicari modusnya,
15, 17, 18, 22, 24, 25, 25, 25, 27, 28, 29
Modus dari angka-angka tersebut yaitu 25 lantaran angka yang paling banyak muncul. Angka tersebut merupakan modus untuk data yang tidak berkelompok. Contoh lain untuk mencari modus ibarat berikut ini.
Seorang penyelidik mengumpulkan data mengenai latar belakang pekerjaan orangtua dari 13 orang siswa Sekolah Menengan Atas di Kelas XII IPS. Data yang diperoleh dari latar belakang pekerjaan tersebut adalah:
Tabel 3. Latar Belakang Pekerjaan Orangtua Siswa
Jenis Pekerjaan | Frekuensi (f) |
Pegawai Negeri Sipil | 5 |
ABRI | 2 |
Pedagang/Wiraswasta | 2 |
Petani | 2 |
Karyawan Swasta | 1 |
Lain-lain | 1 |
Jumlah | 13 |
Jadi, modus latar belakang pekerjaan orangtua siswa yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Bagi data yang berkelompok dengan interval sama, modus merupakan titik dalam skala angka tersebut yang merupakan frekuensi terbesar. Kadangkala kenyataannya dijumpai lebih dari satu modus. Persebaran yang mempunyai satu modus disebut unimodal, dua modus disebut bimodal, tiga modus disebut trimodal, dan lebih dari tiga modus disebut multimodal. Untuk mendapat modus pada tabel berikut ini sebagai data yang berkelompok adalah:
Tabel 4. Persebaran Frekuensi Individu (f) untuk Mendapat kan Modus
Kelas (C) | Batas Kelas (i = 5) | Frekuensi (f) |
1 | 56 – 60 | 1 |
2 | 51 – 55 | 2 |
3 | 46 – 50 | 0 |
4 | 41 – 45 | 15 |
5 | 36 – 40 | 16 |
6 | 31 – 35 | 26 |
7 | 26 – 30 | 17 |
8 | 21 – 25 | 6 |
9 | 16 – 20 | 1 |
Rumus yang digunakan untuk mencari modus dalam tabel tersebut adalah:
Keterangan:
1 = Batas bawah
f1 = frekuensi terendah
f2 = frekuensi tertinggi
Modus dari persebaran angka di dalam Tabel 4. terletak pada batas kelas 31 – 35 lantaran frekuensi terbanyak yaitu 26. Untuk mencari modus ibarat pada rumus tersebut sanggup dilakukan dengan beberapa langkah yaitu sebagai berikut.
1) Mencari batas kelas dari persebaran yang mempunyai frekuensi tertinggi, yaitu 31–35.
2) Cari batas bawah dari batas kelas tersebut yaitu 31.
3) Frekuensi yang berdekatan dengan frekuensi tertinggi (di atas 26 dan di bawahnya atau yang mengapit frekuensi), yaitu 16 dan 17. Jika frekuensi yang mengapit frekuensi tertinggi itu yang paling tinggi dinyatakan dengan f atau 16 dan frekuensi yang paling kecil dinyatakan dengan f atau 17, maka dirumuskan menjadi:
angka dari tabel 4. diperoleh
4) Hasil yang didapat kemudian dikalikan dengan interval (i = 5), maka diperoleh: 0,48 x 5 = 2,4
5) Langkah terakhir yaitu dengan menambahkan angka di atas (2,4) dengan batas terbawah dari batas kelas (interval), yaitu: 31 + 2,4 = 33,4.
Dengan demikian, modus persebaran dari Tabel 4.4 yaitu 33,4.
d. Median
Median yaitu suatu bilangan yang membagi dua nilai-nilai atau kelompok bilangan sehingga banyaknya bilangan di penggalan yang satu sama banyaknya dengan di penggalan lain. Median disebut juga rata-rata letak.
Contoh:
Satu rangkaian terdiri atas 5 pengukuran (n = 5). Pengukuran dilakukan terhadap lima orang siswa yang sering berkelahi. Ditanyakan kepada siswa bersangkutan berapa kali perkelahian yang pernah dilakukannya sejak kecil hingga kini sehingga didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 5. Banyaknya Perkelahian yang Pernah Dilakukan Siswa
Nama Siswa | Banyaknya Perkelahian (f) |
A | 9 |
B | 3 |
C | 6 |
D | 12 |
E | 14 |
Jumlah n = 5 |
Jika diurutkan banyaknya perkelahian yang pernah dilakukan maka menjadi:
14, 12, 9, 6, dan 3
Dengan demikian, median yang diperoleh yaitu 9.
Semakin banyak n atau jumlah yang diukur, maka akan semakin sulit menentukan median. Dengan demikian, median terbagi menjadi median data tak berkelompok dan median data berkelompok.
1) Median Data tidak Berkelompok
Median data tidak berkelompok sanggup dilakukan kalau ukuran n kecil. Misalnya, pengukuran dilakukan terhadap 16 orang siswa Kelas XII IPS yang mengikuti UAS Sosiologi (n = 16) dengan jumlah soal 70 buah sehingga didapat banyaknya jumlah jawaban yang benar dari setiap siswa, yaitu:
Tabel 6. Jumlah Jawaban yang Benar UAS Sosiologi Kelas XII IPS
Siswa | Banyaknya Jawaban yang Benar |
1 | 53 |
2 | 11 |
3 | 18 |
4 | 33 |
5 | 28 |
6 | 16 |
7 | 31 |
8 | 48 |
9 | 34 |
10 | 61 |
11 | 57 |
12 | 26 |
13 | 63 |
14 | 27 |
15 | 42 |
16 | 39 |
Jumlah jawaban yang benar apabila diurutkan, diperoleh deret sebagai berikut.
63, 61, 57, 53, 48, 42, 39, 34, 33, 31, 28, 27, 26, 18, 16, dan 11
Untuk menentukan lokasi mediannya, digunakan rumus:
½ (n = 1) = Lokasi Median
Jadi, median yang diperoleh dari nilai ulangan susulan Sosiologi adalah:
½ (16 + 1) = 8,5
atau terletak pada lokasi 8 dan 9 yang menjawab benar sebanyak 33 dan 34, median eksaknya diperoleh:
½ (33 + 34) = 33,5
2) Median Data Berkelompok
Struktur menentukan median pada data yang berkelompok sedikit lebih rumit dibandingkan dengan menentukan median pada data tidak berkelompok. Kedudukan tengah data berkelompok belum tentu sesuai dengan posisi kelas di tengah-tengah persebaran frekuensi data. Oleh lantaran itu, diharapkan beberapa langkah mencari median data berkelompok. Median duga yang berada pada kelas berfrekuensi kumulatif ½ n , perlu tabel frekuensi kumulatif. Tabel ini digunakan untuk mencari kuartil dan presentil.
Tabel 7. Persebaran Frekuensi Kumulatif (Data Berkelompok) Nilai UAS Sosiologi
Kelas (C) | Batas Kelas (i = 5) | Frekuensi (f) | Frekuensi Kumulatif (f) |
1 | 56 – 60 | 1 | 84 |
2 | 51 – 55 | 2 | 83 |
3 | 46 – 50 | 0 | 81 |
4 | 41 – 45 | 15 | 81 |
5 | 36 – 40 | 16 | 66 |
6 | 31 – 35 | 26 | 50 |
7 | 26 – 30 | 17 | 24 |
8 | 21 – 25 | 6 | 7 |
9 | 16 – 20 | 1 | 1 |
n = 84 |
Langkah mencari median untuk data berkelompok:
a) bagilah jumlah frekuensi dengan 2 dari Tabel 4.7, jumlah tersebut ialah 84 (= n);
n : 2 = 84 : 2 = 42
b) berdasarkan pengamatan pada batas kelas, di manakah 42 terletak, lantaran hanya ada 24 jumlah frekuensi kumulatif yang ada di bawah interval 31–35, dan ada 50 jumlah frekuensi kumulatif yang ada di bawah interval 41–45. Dengan demikian, titik atau angka 42 ini harus ada pada titik interval 31–35;
c) kurangi 42 dengan frekuensi kumulatif (f) yang ada di bawah frekuensi kumulatif untuk interval 31–35. Menurut Tabel 7, bilangan tersebut yaitu 24. Jadi: 42–24 = 18;
d) kalikan angka tersebut (18) dengan interval (i = 5). Jadi, 18 x 5 = 90;
e) buat pembagian dari angka 90 dengan jumlah frekuensi batas kelas 31–35. Menurut Tabel 4.7, frekuensinya ialah 26. Jadi, 90 : 26 = 3,46;
f) tambahkan angka ini (31) dengan batas terbawah dari batas kelas (batas bawah eksak) tersebut, dilambangkan dengan B yaitu: ½ (30 + 31) = 30,5.
Jadi, kelas mediannya adalah: 3,46 + 30,5 = 33,96.
Lebih jelasnya, rumus dan perhitungan untuk mendapat median dengan data berkelompok yaitu sebagai berikut.
e. Perbandingan kedudukan Mean, Modus, dan Median
Kedudukan relatif Mean, Modus, dan Median bergantung pada sebarannya, apakah normal atau miring. Berikut ini menggambarkan tiga kemungkinan letak antara Mean, Modus, dan Median.
Gambar 2. Perbandingan kedudukan mean, median, dan modus. (a) Persebaran simetrik (normal) (b) Persebaran miring positif (c) Persebaran miring negatif |
Gambar 2. memperlihatkan kedudukan mean, median, dan modus.
1) Jika persebaran pengukuran tersebut simetrik (normal) ibarat pada gambar (a), mean, median, dan modus itu identik. Maksudnya, ketiga jenis pengukuran tersebut berada pada kedudukan yang sama (tidak ada perbedaan nilai antara mean, median, dan modus).
2) Jika persebaran tersebut miring pada gambar (a) dan (c), mean, median, dan modus itu saling menjauhi.
3) Jika persebaran (distribusi) data yaitu miring positif atau miring kanan ibarat pada gambar (b), dengan ciri-ciri:
a) ekor lebih panjang dari persebaran data, menuju ke kanan;
b) median mengambil tempat setengah penggalan di depannya dan setengah penggalan lagi di belakangnya. Selama ekor panjang itu menjulur ke kanan, modus masih berada di puncak kurva tertarik ke kiri dari median, yakni mean yang paling peka untuk tertarik ke persebaran nilai-nilai yang tinggi.
4) Jika persebaran data tersebut miring negatif, persebaran nilai-nilai cenderung ke arah yang rendah.
f. Persentase
Persebaran data yang diperoleh dari alternatif jawaban sanggup dilakukan melalui persentase, yaitu rata-rata frekuensi dicari jumlah persentasenya.
Tabel 8. Pendapat Siswa Mengenai Perkelahian Siswa
Kategori | Frekuensi (f) | % |
Mengganggu ketertiban | 26 | (26 : 80) x 100% = 32,50 |
Sebagai solidaritas dengan sahabat | 23 | (23 : 80) x 100% = 28,75 |
Menambah keberanian | 14 | (14 : 80) x 100% = 17,50 |
Membahayakan jiwa | 17 | (17 : 80) x 100% = 21,25 |
Jumlah | 80 | 100 |
Berdasarkan Tabel 8, siswa cenderung beranggapan bahwa perkelahian siswa sanggup mengganggu ketertiban (32,50%), bersifat solidaritas atas sahabat (28,75%), tetapi di antara mereka belum tentu mengetahui latar belakang terjadinya perkelahian.
Berdasarkan Tabel 8, frekuensi pendapat siswa mengenai perkelahian pelajar dibentuk persentase. Hal ini sebagai cara termudah dan paling sederhana dalam penggunaan data kuantitatif.
Pada hakikatnya, tujuan persentase yaitu untuk memperlihatkan dengan tegas besarnya relatif antara dua angka atau lebih. Dengan kata lain, persentase untuk memperlihatkan citra secara sederhana mengenai kekerabatan dua angka atau lebih. Kesederhanaan dan ketegasan persentase diperoleh dengan dua cara, yaitu:
- semua angka dari frekuensi disederhanakan sehingga gampang dikalikan 100% dan dibagi dari jumlah frekuensi, dan
- salah satu angka yaitu angka pokok harus berjumlah 100 sehingga gampang dibagi. Dengan demikian, gampang pula memperoleh besar-kecilnya angka-angka tersebut secara relatif.
3.3. Hubungan Berbagai Data
Variabel penelitian yang diajukan tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan, ibarat halnya antara variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut merupakan syarat minimal dari suatu penelitian. Hubungan aneka macam data melalui dua variabel atau lebih sanggup digambarkan dengan cara-cara tabulasi silang dan kekerabatan antar data.
a. Tabulasi Silang
Tabulasi silang sanggup digunakan untuk menganalisis efek satu variabel terhadap variabel lainnya yang diperiksa secara serempak. Misalnya, kekerabatan antar dua variabel dicari antara pendapat siswa wacana perkelahian pelajar sebagai variabel bebas dan siswa yang suka membolos sekolah sebagai variabel terikat. Tabulasi silang yaitu tabulasi sederhana, dibentuk dengan jalan memisah setiap kesatuan data dalam setiap kategori menjadi dua atau tiga (mungkin lebih) sub kesatuan. Dengan demikian, akan diketahui jumlah kelompok responden berdasarkan kecenderungan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan sekaligus terperinci secara proporsional.
Kedua variabel kesatuan data tersebut disusun berdasarkan persentase, digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 9. Hubungan Antara Kebiasaan Siswa terhadap Pendapat Siswa wacana Perkelahian Pelajar
Pendapat Siswa | Kebiasaan Siswa | Jumlah | ||||
Suka Membolos | Tidak Suka Membolos | |||||
F | % | F | % | |||
Mengganggu ketertiban | 2 | 2,50 | 25 | 25 | 26 | 32,50 |
Sebagai solidaritas dengan sahabat | 20 | 25 | 3 | 3 | 23 | 28,75 |
Menambah keberanian | 11 | 13,75 | 3 | 3 | 14 | 17,50 |
Membahayakan jiwa | 4 | 5 | 13 | 13 | 17 | 21,25 |
Jumlah | 37 | 46,25 | 43 | 43 | 80 | 100 |
Berdasarkan Tabel 9, terang sekali kekerabatan antardua variabel bahwa siswa yang suka membolos beropini bahwa perkelahian pelajar sebagai solidaritas dengan sahabat (25%) dan menambah keberanian (13,75%), sedangkan bagi siswa yang tidak suka membolos beropini bahwa perkelahian pelajar mengganggu ketertiban (30%) dan membahayakan jiwa (16,25%). Dengan demikian, terdapat kecenderungan bahwa siswa yang tidak suka membolos tidak bahagia berkelahi, sedangkan siswa yang suka membolos mempunyai kecenderungan terlibat dalam perkelahian pelajar.
Tabulasi silang pada Tabel 9. merupakan mekanisme analisis ke arah inovasi (kesan) ada tidaknya kekerabatan antar variabel dalam bentuk data persentase berdasarkan jawaban yang dipilih siswa sebagai responden.
b. Mengukur Hubungan Antar data
Hubungan antar data melalui dua variabel sanggup diukur yang hasilnya dinyatakan dengan lambang bilangan antara 0,00 dan 1,00 atau - 1,00 digunakan untuk menarik kesimpulan, yaitu:
- jika diperoleh hasil 0,00 berarti kekerabatan antar variabel tidak ada;
- jika diperoleh hasil 1,00 atau - 1,00 berarti terdapat kekerabatan antar variabel.
Agar memperoleh klarifikasi hasil pengukuran, digunakan data dari Tabel 10, sedangkan angka yang digunakan bukan angka persentasenya, melainkan berdasarkan angka hasil pilihan siswa.
Tabel 10. Mengukur Hubungan Siswa yang Suka Membolos dan Siswa yang tidak Suka Membolos terhadap Perkelahian
Pendapat Siswa | Siswa yang Suka Membolos | Siswa yang Tidak Suka Membolos |
Perkelahian sebagai solidaritas dan menambah keberanian | 31 (a) | 6 (b) |
Perkelahian mengganggu ketertiban dan membahayakan jiwa | 6 (c) | 37 (d) |
Perhitungan mencari kekerabatan ini memakai rumus Yule’s Q, yaitu:
Hasil perhitungan dicapai 0,94 lebih erat ke 1,00 dibandingkan dengan 0,00. Jadi, kesimpulannya terdapat kekerabatan antar variabel.
Rangkuman :
Jenis-jenis penelitian sangat bergantung pada segi penelitian tersebut ditinjau. Berdasarkan cara dan taraf pembahasan masalah penelitian dibedakan menjadi atas penelitian deskriptif dan penelitian inferensial. Dilihat dari tujuan yang ingin dicapai, penelitian dibedakan menjadi penelitian eksploratif, penelitian uji, dan penelitian deskriptif. Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya, penelitian dibagi tiga, yaitu Studi Kasus, Survei, dan Eksperimen. Penelitian juga dilakukan pada setiap kajian ilmu, baik eksakta maupun ilmu sosial, dengan pemakaian baik secara murni yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan sendiri maupun bersifat terapan. Adapun berdasar kan tempatnya, penelitian ada yang dilakukan di laboratorium, kepustakaan, dan lapangan.
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam pengumpulan data terdapat beberapa metode yang digunakan, ibarat angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi atau kepustakaan. Setiap metode mempunyai syarat masing-masing yang bergantung pada jenis dan sampel penelitiannya.
Pengolahan data dibedakan atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan ini bergantung pada sifat data yang dikumpulkan. Data yang bersifat monografis memakai analisis kualitatif, sedangkan data yang mempunyai jumlah lebih besar memakai analisis kuantitatif. Statistik secara sederhana sanggup dihitung dengan mencari nilai rata-rata (mean), modus, median, dan persen yang disebut pengukuran tendensi sentral, yaitu pengukuran dari pusat persebaran variabel.
Dalam pengumpulan data penelitian, seorang peneliti sanggup melaksanakan empat macam cara, yaitu teknik angket, wawancara, observasi, dan pengumpulan dokumen baik berupa arsip-arsip maupun informasi-informasi di media massa. Keempat cara pengumpulan tersebut tidak harus ditempuh oleh seorang peneliti. Akan tetapi, hal tersebut sangat besar lengan berkuasa pada kelengkapan dan kerincian data yang pada hasilnya akan sangat besar lengan berkuasa pula pada bobot atau kualitas dari penelitian yang dilakukan. Keempat cara pengumpulan data tersebut mempunyai sifat saling melengkapi antara satu dan lainnya, sehingga semakin bermacam-macam cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data maka hal itu akan semakin baik. Demikian pula sebaliknya.
Setelah data dari bermacam-macam sumber melalui cara-cara yang variatif dikumpulkan, langkah berikutnya bagi seorang peneliti yaitu melaksanakan pembagian terstruktur mengenai atau pengelompokan data. Hal tersebut penting dilakukan untuk mempunyai nilai yang sama. Upaya tersebut sangat bermanfaat apabila terjadi kontradiksi antara data-data tersebut maka seorang peneliti sanggup dengan gampang menentukan data mana yang harus diperhatikan dan data mana yang sanggup diabaikan terkait dengan topik penelitian yang sedang dilakukan.
Anda kini sudah mengetahui Pengolahan Data Penelitian. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Waluya, B. 2009. Sosiologi 3 : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 146.