Pencemaran Air : Pengertian, Contoh, Dampak (Efek), Limbah, Senyawa, Zat - Air merupakan salah satu komponen abiotik utama yang sangat diperlukan untuk kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, baik itu manusia, hewan, maupun tumbuhan. Air memiliki berbagai fungsi dan juga merupakan habitat binatang dan tumbuhan tertentu. Oleh insan air dipakai untuk minum, memasak, mandi, dan untuk mengairi tempat persawahan. Air yang jernih dan tidak tercemar mempunyai tiga kriteria, yaitu tidak berwarna, berbau, dan tidak berasa. Apabila salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka air dikatakan tercemar atau terkena polusi. Pencemaran air mencakup pencemaran di darat dan di dalam perairan (air tawar dan air laut). (Baca juga : Pencemaran Lingkungan)
Sumber-sumber pencemaran air sanggup berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, limbah pertambangan minyak lepas pantai, kebocoran kapal tanker pengangkut minyak, atau sampah-sampah organik. Limbah-limbah tersebut masuk ke lingkungan air dan mengganggu keseimbangan dinamisnya.
Limbah rumah tangga dihasilkan dari kegiatan kehidupan sehari-hari, bisa berupa sampah maupun senyawa-senyawa kimia. Sampah rumah tangga sebagian besar berupa limbah organik (daun, sisa-sisa makanan), kertas, dan sabun serta detergen. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai atau kolam, sanggup mengakibatkan pencemaran air. Akibatnya, banyak organisme air yang mati atau mengalami gangguan. Apabila sungai dipakai oleh masyarakat untuk mandi, mencuci pakaian, atau untuk memasak, maka pencemaran yang ditimbulkannya akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan banyak sekali penyakit akhir kuman dan virus.
Selain itu, sampah-sampah yang dibuang ke sungai akan menyumbat aliran air dan sanggup mengakibatkan banjir, seperti di lingkungan perkotaan yang sistem pembuangan sampahnya tidak teratur.
Limbah industri juga sanggup mengakibatkan pencemaran air. Polutan tersebut berupa zat-zat buangan yang sangat berbahaya, ibarat logam berat (Hg), zat-zat radioaktif, sampah, dan kotoran (dari pengolahan hasil ternak), dan polutan panas (thermal water waste). Sebagian besar industri membuang limbah cairnya pribadi ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah tersebut sangat berbahaya dan pada manusia berpotensi mengakibatkan kanker. Bahkan limbah yang sudah diolah sekalipun ternyata masih mengandung materi yang beracun, seperti Hg, Pb, Cr, Cu, Zn, dan Ni. Contoh kasus pencemaran ini adalah pencemaran air raksa atau merkuri (Hg) di Teluk Minamata, Jepang.
Tragedi Minamata tersebut banyak menelan korban jiwa lantaran logam berat ternyata masuk ke badan ikan-ikan yang ada di perairan Teluk Minamata, dan sesudah ditangkap para nelayan ikan-ikan tersebut kemudian dikonsumsi oleh manusia. Akhirnya senyawa Hg tersebut sampai di badan insan dan menyebakan gangguan kesehatan yang lantas dikenal dengan penyakit minamata. Penyakit tersebut menyerang sistem saraf dan sanggup mengakibatkan kematian. Kasus semacam minamata juga pernah terjadi di Teluk Buyat, Minahasa.
Pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian, misalnya sisa pemakaian pupuk buatan, pestisida, dan herbisida yang berlebihan. Polutan tersebut mengalir ke luar tempat persawahan, terbawa sampai ke sungai dan mengakibatkan matinya organisme air, ibarat ikan, plankton, siput, serta binatang lain dan juga insan yang menggunakan air tersebut. Pupuk yang ikut masuk ke aliran sungai atau danau akan menyebabkan blooming Alga dan tumbuhan air lainnya ibarat enceng gondok (Eichorrnia crassipes), yaitu pertumbuhan yang sangat cepat akibat penimbunan pupuk di perairan.
Biological magnifi cation sanggup terjadi lantaran DDT merupakan insektisida yang sangat efektif terhadap serangga, tetapi tidak beracun bagi binatang lain ibarat burung dan mammalia. Senyawanya juga sangat stabil. Senyawa tersebut tidak larut dalam air, tetapi sanggup larut dalam miyak atau lemak. Dalam takaran besar, DDT sanggup membunuh serangga, tetapi dalam takaran kecil ia tidak mematikan. Sehingga serangga tersebut masih sanggup bertahan hidup dan kesannya muncul jenis-jenis yang resisten atau kebal terhadap DDT. Konsentrasi DDT 1 ppm di dalam badan serangga sanggup berlipat menjadi 2000 kali lebih besar kalau serangga-serangga tersebut dimakan oleh katak. Dan dalam tubuh burung yang memakan katak tersebut, konsentrasi DDT bisa jadi 8000 kalinya. Begitu seterusnya, hingga konsentrasi DDT semakin meningkat di dalam rantai makanan.
Penimbunan pupuk yang mengakibatkan blooming ini disebut eutrofi kasi. Kasus ini pernah terjadi di danau Rawa Pening, Jawa Tengah dan di tempat-tempat lain di Indonesia. Akibat petumbuhan alga dan tumbuhan air
lainnya yakni terjadinya pendangkalan perairan. Contoh limbah pertanian yang juga mengakibatkan polusi adalah DDT (dichloro diphenyl trichloroethan), yaitu sejenis pestisida. Bila masuk ke dalam badan organisme, zat organoklorin di dalam DDT akan mengalami penumpukkan atau terakumulasi. Proses ini disebut biological accumulation. Di dalam rantai makanan, kadar DDT ini akan semakin meningkat pada badan organisme di setiap tingkat trofik, dan konsentrasi tertinggi berada pada puncak konsumen. Proses ini disebut biological magnification. Perhatikan Gambar 1.
Gambar 1. Biological magnification DDT pada rantai makanan |
Selain tidak sanggup diuraikan dan tidak sanggup dikeluarkan dari dalam tubuh, DDT juga merugikan bagi organisme yang memakannya. Selain bersifat merusak jaringan dan berpotensi menimbulkan kanker, senyawa ini juga menghambat proses pengapuran kulit telur pada burung. Akibatnya, banyak sekali populasi burung sanggup mengalami penurunan akhir telur-telurnya gagal menetas. Bahkan, karena sifatnya yang tidak terurai, DDT sanggup terbawa air hingga ke perairan yang jaraknya sangat jauh dari sumber pencemaran.
Penggunaan DDT di perkebunan apel di Amerika, misalnya, ternyata mempengaruhi kehidupan burung Pinguin di Benua Antartika, lantaran DDT tersebut terbawa arus bahari melalui Samudera Pasifi k. Polutan pencemaran air yang lain yakni limbah pertambangan. Tambang minyak lepas pantai dan tumpahan minyak mentah dari kapal tanker yang bocor mengakibatkan pencemaran di laut. Tumpahan minyak tersebut sanggup membunuh organisme laut, ibarat ikan, anjing laut, dan banyak sekali jenis burung laut. Tumpahan minyak tersebut juga sanggup menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam laut, sehingga banyak sekali jenis tumbuhan bahari tidak sanggup melaksanakan proses fotosintesis.
Penyebab pencemaran air juga sanggup berupa sampah-sampah organik. Kehadiran sampah-sampah organik di perairan menyebabkan pertumbuhan populasi kuman pembusuk, sehingga meningkatkan kadar BOD (biochemical oxygen demand) dan menurunkan kadar COD (chemical oxygen demand). COD rendah berarti kandungan O2 di dalam air menurun, sehingga mengganggu kegiatan kehidupan air. Akibatnya, banyak organisme air yang mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita akan menemui cacing Tubifex sp. bergerombol dan berwarna putih kemerah-merahan. Cacing ini merupakan bioindikator parahnya pencemaran oleh materi organik dari pemukiman penduduk.
Anda kini sudah mengetahui Pencemaran Air. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Anda kini sudah mengetahui Pencemaran Air. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.